BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam
bahasa Yunani yaitu oikos berarti
rumah dan logos berarti ilmu atau
pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan
rumah tangganya. Dengan kata lain
defenisi dari ekologi adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidaykan) dengan
lingkungannya. Lingkungan hidup tanaman dibagi atas dua kelompok yaitu
lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah tanaman memperoleh
sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya
(Hanum, 2009).
Setiap individu selalu berhubungan dengan
individu yang sejenis atau lain jenis,
baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
Interaksi demikian banyak kita temui di lingkungan sekitar. Interaksi antar
biotik dalam komunitas ada yang bersifat sangat erat dan ada yang kurang erat.
Allelopati merupakan salah satu dari ineraksi antar komponen biotik
(Abdurahman, 2008).
Zat allelopati merupakan bahan kimia yang
dikeluarkan oleh gulma terhadap tanaman pokok yang menyebabkan morfologi
daunnya yang dipenuhi oleh bercak coklat
dan putih, tinggi tanaman kerdil, panjang akar tidak normal. Secara fisik gulma
bersaing dengan tumbuhan dalam hal pemanfaatan ruang, cahaya dan secara kimiawi
dalam hal pemanfaatan air, nutrisi, gas-gas penting dalam proses allelopati
(Suryaningsih, dkk, 2011).
Berdasarkan hal
di atas, perlu kita melihat dan mengamati secara langsung pengaruh zat
allelopati yang dikeluarkan oleh beberapa jenis tanaman sehingga menghambat dan
merusak tanaman lainnya karena zat kimia yang diproduksi oleh tanaman tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan/
pertumbuhan tanaman?
2. Bagaimanakah
dampak yang ditimbulkan dari tanaman yang mengandung allelopati?
3. Bagaimanakah
reaksi yang ditimbulkan dari tanaman yang terkena efek allelopati?
C.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mempelajari pengaruh allelopati dari
beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan/ pertumbuhan tanaman.
2.
Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
tanaman yang mengandung allelopati.
3.
Mengamati reaksi yang ditimbulkan dari
tanaman yang terkena efek allelopati.
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Tinjauan Umum Allelopati
Istilah alelopati (allelopathy)
pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun 1937. Alelopati berasal dari
kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch, alelopati
meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang bersifat
penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk
mikroorganisme. Tahun 1974, Rice memberikan batasan alelopati sebagai keadaan
merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain, termasuk mikroorganisme,
melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke lingkungannya. Batasan ini
kemudian terus diverifikasi dengan berbagai penelitian. Tahun 1984, Rice melaporkan
bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat pada suatu tingkat konsentrasi,
ternyata dapat memberikan pengaru rangsangan pada tingkat konsentrasi yang
lain. Sejak tahun tersebut, Rice dan sebagian besar ilmuwan yang menekuni
alelopati merujuk terhadap batasan yang dikemukakan oleh Molisch. Alelopati
kemudian didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari
suatu tumbuhan terhadap yang lainnya, termasuk mikroorganisme, baik yang
bersifat positif/perangsangan, maupun negatif/penghambatan terhadap pertumbuhan,
melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Junaedi, dkk, 2006).
Interaksi kimia yang terjadi di antara tanaman yang dikenal
sebagai alelopati, dan senyawa organik yang berperan dalam alelopati dikenal
sebagai allelokimia. Alelopati
merupakan interaksi ekologi dan kimia ditandai dengan efek stimulasi dan
penghambatan antara keluarga tanaman yang berbeda. Di seluruh dunia, sifat
penghambatan dari ekstrak dan residu dari banyak spesies herbal berkumpul dengan tanaman yang diinginkan pada bidang yang
sama telah menjadi sumber utama keprihatinan. Sifat alelopati tanaman dan metabolitnya dapat secara
efektif digunakan untuk manajemen gulma biologis dalam produksi tanaman (Hassannejad,
dkk, 2013).
Reaksi kimia yang
terjadi adalah sebagai berikut :

Senyawa
allelopati yang dihasilkan oleh gulma bersifat racun dapat terjadi di tanah
melalui beberapa cara eksudasi atau eksresi dari akar, volatilasi dari daun
yang berupa gas melalui stomata, larut atau leaching dari daun segar
melalui air hujan atau embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi, dan
transformassi dari mikroorganisme tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati
yang berasal dari leaching daun segar jauh lebih rendah dibandingkan
yang berasal dari serasah yang telah terdekomposisi. Senyawa alelopati dapat
dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu asam fenolat, koumarat, terpinoid, flafinoid,
dan scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa alelopati yang
dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat. Mekanisme kerja
senyawa alelopati antara lain berkaitan dengan sintesis asam amino (sintesis
glutamina, aspartat aminotransferase), sintesis pigmen (sintesis asam livulenat
(ALA), fungsi plasma membran (H+-ATPase, NADH oksidase), fotosintesis (CF1
ATPase), sintesis lipid (Asetil- CoA transiklase, 3-oksoasil-ACP sintesis,
seramida sintase), dan sintesa asam nukleat (RNA polymerase, adenosilsuksinat
sintase, AMP deaminase, isoleusil-t-RNA sintase) (Kilkoda, 2015).
Gulma merupakan suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada
lahan tanaman budidaya. Tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau
tanaman yang sengaja ditanam. Gulma juga merupakan semua tumbuhan yang tumbuh
pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat
merugikan tanaman lain yang ada di dekatnya atau tanaman pokok tersebut.
Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga
sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak
diinginkan dan menimbulkan kerugian. Di tingkat petani, kehilangan hasil jagung
karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Kerugian yang disebabkan oleh
gulma dapat menurunkan produksi tanaman, contohnya pada tanaman tomat dapat menurunkan
hasil hingga 50 %. Persaingan atau kompetisi adalah perjuangan dua organisme
atau lebih untuk memperebutkan obyek yang sama. Gulma maupun tanama budi daya
mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangannya yaitu
unsur hara, air, cahaya, ruang tempat tumbuh dan CO2 (Suryaningsih, 2011).
Gulma rumput-rumputan seperti alang-alang (Imperata cylindrical), rumput pait (Pasplum konjugatum), dan rumput teki (Cyperus rotundus) memiliki kemampuan
memegang tanah lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan berdaun
lebar. Fakta lainnya, jumlah akar
gulma rumput-rumputan 4-20 kali
lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan berdau
lebar (Siagian, 2015).
B.
Tinjauan Ayat dan Hadits yang
Relevan
Tumbuhan merupakan salah satu
makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki banyak manfaat. Tumbuh-tumbuhan dapat
memunculkan beberapa zat untuk dimanfaatkan oleh dirinya dan makhluk hidup
lainnya, misalnya zat allelopati yang terdapat pada tumbuhan. Allah berfirman
dalam QS. Ar-Ra’d : 4.
وَفِي ٱلۡأَرۡضِ قِطَعٞ
مُّتَجَٰوِرَٰتٞ وَجَنَّٰتٞ مِّنۡ أَعۡنَٰبٖ وَزَرۡعٞ وَنَخِيلٞ صِنۡوَانٞ
وَغَيۡرُ صِنۡوَانٖ يُسۡقَىٰ بِمَآءٖ وَٰحِدٖ وَنُفَضِّلُ بَعۡضَهَا عَلَىٰ
بَعۡضٖ فِي ٱلۡأُكُلِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ ٤
Terjemahnya:
Dan Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.
Berdasarkan
ayat diatas bahwasannya terdapat
pula di bumi, bagian-bagian tanah yang berdekatan dan berdampingan tetapi
berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur untuk ditanami tanaman apa
saja, ada pula tanah yang hanya dapat ditanami pohon-pohon besar saja, tetapi
tidak baik untuk ditanami tanaman palawija atau sebaliknya, dan ada pula tanah
yang lunak dan ada pula yang keras yang untuk memecahkannya memerlukan dinamit
dan bahan peledak. Dan di bumi terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija
dan pohon yang bercabang dan tidak bercabang. Semuanya itu disiram dengan air
yang sama tetapi menghasilkan buah yang beraneka warna rasanya, seperti pohon
tebu yang rasanya manis, buah jeruk yang rasanya manis dan masam serta buah
paria yang rasanya pahit, dan lain sebagainya. Allah melebihkan sebahagian
tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang bentuknya, rasanya dan baunya.
Pada semua tanda-tanda itu terdapat kekuasan Allah dan menjadi dalil yang
membawa keyakinan bagi orang-orang yang suka berpikir (Shahilul Bukhari jilid
3, 1415 H).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan
praktikum ini adalah:
Hari/Tanggal : Senin/ 4 April 2016
Waktu : 08.00-12.00 WITA
Tempat : Laboratoruim Genetika Jurusan Biologi,
Lantai I
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-
Gowa
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah blender, cawan
petri, gelas ukur, penyaring, mikropipet, dan gunting.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
alang-alang (Imperata cylindrica),
rumput teki (Cyperus rotundus), biji
kacang hijau (Vigna radiata), biji
jagung (Zea mays), dan aquadest.
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Menghancurkan dan menghaluskan bagian
tumbuhan yang dipilih tersebut dengan blender. Menyaring ekstrak yang diperoleh
dengan menggunakan alat penyaring.
2.
Membuat ekstrak bagian tumbuhan tersebut
dengan air, dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 : 14, dan
1 : 21.
3.
Menambahkan volume ekstrak menjadi 2 :
14, 2 : 28. Dan 2 : 42.
4.
Meletakkan 10 biji jagung atau biji
kacang hijau pada cawan petri, sebanyak 9 petri, dan satu petri yang berisi
kontrol.
5.
Menyiram sebanyak 5 ml ekstrak
allelopati ke dalam cawan petri yang telah berisi biji kacang hijau atau biji
jagung.
6.
Terdapat 3 (tiga) perlakukan dengan
masing-masing perlakukan 3 (tiga) ulangan.
7.
Mengamati panjang perkecambahan setiap
hari, dengan mengukur menggunakan benang dan mistar.
8.
Menentukan persen dari kecambah dan
mengukur panjang kecambahnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
PengamatanJenis ekstrak : Rumput teki (Cyperus
rotundus)
Tanaman :
Biji kacang hijau (Vigna radiata)
Hari
Ke
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
|
|||||||||
kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
|
|||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
0,47
|
0,13
|
0,61
|
0,17
|
0,8
|
0,55
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
0,47
|
0,13
|
0,61
|
0,17
|
0,8
|
0,55
|
0,22
|
0,24
|
0,6
|
0,17
|
3
|
0,91
|
0,26
|
1,09
|
0,26
|
0,25
|
1,14
|
0,76
|
0,58
|
0,24
|
0,24
|
4
|
2,27
|
0,88
|
1,27
|
0,39
|
0,41
|
0,82
|
1,11
|
0,5
|
0,19
|
0,36
|
5
|
4,92
|
0,78
|
1,05
|
0,49
|
0,49
|
0,91
|
0,48
|
0,09
|
0,33
|
0,18
|
6
|
6,71
|
0,95
|
1,55
|
0,25
|
0,45
|
0,55
|
1,47
|
0,78
|
0,14
|
0,24
|
7
|
8,87
|
0,47
|
0,47
|
1,05
|
0,73
|
1,35
|
0,77
|
0,34
|
0,05
|
0,15
|
2. Jenis
ekstrak : Rumput teki (Cyperus rotundus)
Tanaman :
Biji kacang hijau (Vigna radiata)
Hari
Ke
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
|
|||||||||
kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
|
|||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
0,51
|
1,29
|
0,25
|
0,16
|
0,31
|
0,62
|
0,92
|
0,36
|
0,58
|
0,48
|
2
|
0,61
|
1,92
|
0,25
|
0,47
|
0,36
|
0,37
|
0,35
|
0,52
|
0,62
|
0,53
|
3
|
0,79
|
1,30
|
0,81
|
0,88
|
0,33
|
0,46
|
0,67
|
0,74
|
0,78
|
1,3
|
4
|
1,2
|
1,5
|
0,91
|
1,2
|
1
|
0,5
|
0,4
|
0,75
|
0,90
|
1,5
|
5
|
1,7
|
1,6
|
1,62
|
1,3
|
1,3
|
1,1
|
1,5
|
1,2
|
1
|
1,7
|
6
|
1,9
|
1,8
|
1,2
|
1,3
|
0,7
|
1
|
1
|
1,3
|
1,83
|
1,73
|
7
|
2,5
|
1,5
|
1,2
|
1,4
|
0,72
|
0,91
|
0,93
|
1,5
|
2,2
|
1,8
|
3. Jenis
ekstrak : Rumput teki (Cyperus rotundus)
Tanaman :
Biji jagung (Zea mays)
Hari
ke
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
|
|||||||||
kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
|
|||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
0,06
|
0,27
|
0,18
|
-
|
0,21
|
0,59
|
0,22
|
0,24
|
0,6
|
0,17
|
3
|
0,06
|
0,54
|
0,48
|
0,04
|
0,34
|
1,6
|
0,76
|
0,58
|
0,24
|
0,24
|
4
|
0,15
|
0,42
|
0,7
|
0,24
|
0,35
|
2,24
|
1,11
|
0,5
|
0,19
|
0,36
|
5
|
0,44
|
0,62
|
0,16
|
0,33
|
2,26
|
1,29
|
0,48
|
0,09
|
0,33
|
0,18
|
6
|
0,11
|
0,31
|
2,08
|
0,16
|
0,34
|
0,5
|
1,47
|
0,78
|
0,14
|
0,24
|
7
|
0,17
|
0,1
|
0,12
|
-
|
4,1
|
0,51
|
0,77
|
0,34
|
0,05
|
0,15
|
4. Jenis
ekstrak : Alang-alang (Imperata cylindrica)
Tanaman :
Kacang Hijau (Vigna radiata)
Hari
ke
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
|
|||||||||
kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
|
|||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
0,75
|
0,15
|
0,28
|
0,09
|
0,74
|
0,15
|
0,23
|
0,4
|
0,46
|
0,34
|
2
|
1,09
|
5,97
|
9,45
|
5,77
|
1,91
|
2,15
|
1,25
|
1,4
|
1,92
|
9,8
|
3
|
1,55
|
0,96
|
2,01
|
1,12
|
2,76
|
0,46
|
2,15
|
2,47
|
3,1
|
2,33
|
4
|
1,82
|
0,92
|
1,64
|
0,76
|
2,46
|
0,12
|
2,05
|
2,63
|
3,99
|
2,88
|
5
|
2,6
|
1,24
|
2,59
|
1,18
|
2,75
|
0,8
|
2,55
|
2,57
|
4,33
|
2,55
|
6
|
5,44
|
1,12
|
2,04
|
1,19
|
3,11
|
0,96
|
1,79
|
2,75
|
4,13
|
1,58
|
7
|
2,76
|
1,20
|
2,13
|
1,15
|
3,25
|
0,86
|
1,69
|
2,80
|
4,11
|
1,60
|
5. Jenis
ekstrak : Alang-alang (Imperata cylindrica)
Tanaman :
Kacang Hijau (Vigna radiata)
Hari
ke
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
|
|||||||||
kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
|
|||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
0,90
|
0,58
|
0,82
|
0,38
|
0,55
|
0,38
|
0,19
|
0,53
|
1,05
|
0,62
|
2
|
0,93
|
1,79
|
2,14
|
2,17
|
1,25
|
1,7
|
1,7
|
1,48
|
1,86
|
1,45
|
3
|
1,51
|
1,03
|
1,57
|
1,53
|
1,69
|
1,14
|
1,91
|
2,7
|
1,85
|
3,78
|
4
|
1,71
|
1,15
|
1,56
|
1,29
|
0,96
|
0,58
|
1,74
|
2,85
|
3,1
|
3,12
|
5
|
1,91
|
1,56
|
1,55
|
1,96
|
1,44
|
1,26
|
1,89
|
2,97
|
2,6
|
3,13
|
6
|
2,38
|
0,67
|
1,27
|
0,93
|
1,19
|
0,87
|
1,2
|
2,62
|
2,32
|
3,06
|
7
|
2,98
|
0,56
|
1,30
|
0,50
|
1,45
|
0,96
|
1,35
|
2,35
|
2,80
|
3,15
|
6. Jenis
ekstrak : Alang-alang (Imperata cylindrica)
Tanaman :
Biji jagung (Zea mays)
Hari
ke
|
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
|
|||||||||
kontrol
|
1:7
|
1:14
|
1:21
|
|||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
0,17
|
0,11
|
0,014
|
0,18
|
0,10
|
0,09
|
0.07
|
0,18
|
0,12
|
0,09
|
4
|
0,09
|
0,07
|
0,07
|
0,06
|
0,07
|
0,11
|
0,05
|
0,10
|
0,05
|
0.07
|
5
|
0,05
|
0,04
|
0,03
|
0,02
|
0,04
|
0,04
|
0,01
|
0,06
|
0,01
|
0,02
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
A.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan pada praktikum tentang pengaruh allelopati beberapa jenis
tanaman dengan menggunakan ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) dan alang-alang (Imperata cylindrica), dengan biji kacang
hijau (Vigna radiata) dan biji jagung
(Zea mays) perbandingan yang
digunakan adalah 1:7 dengan volume tambahan 2:14, perbandingan 1:14 dengan
volume tambahan 2:28 dan pada perbandingan 1:21 dengan volume tambahan 2:42
dalam satu minggu pengamatan dilakukan penyiraman sebanyak tiga kali dalam satu
minggu. Dalam satu minggu pengamatan dilakukan penyiraman setiap hari untuk
kontrol karena penyerapan air lebih cepat dibandingkan penyerapan ekstrak.
Untuk penjelasan lebih lanjut pada setiap tabel dapat dilihat sebagai berikut:
1.
Tabel
pengamatan pengaruh allelopati ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tujuh hari pada
pengaruh zat allelopati tanaman rumput teki (Cyperus rotundus) terhadap pertumbuhan kecambah biji
kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus)
yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.13 cm, hari kedua 0.26 cm, ketiga 0.88
cm, keempat 0.98 cm, kelima 0.78cm, keenam 0.95cm, dan hari ketujuh mengalami
penurunan pertumbuhan kecambah dengan rata-rata 0,47cm, hal tesebut karena pengaruh zat
allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus
rotundus)
bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pada cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari
pertama 0,61 cm, hari kedua 1.09 cm, ketiga 1.27
cm, keempat 1.09 cm, kelima 1.05 cm , keenam 0.55 cm dan hari ketujuh mengalami penurunan pertumbuhan
kecambah 0.47 cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan
oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan
tanaman lain. Dan pada
cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.17 cm, hari kedua 0.26 cm, ketiga 0.39
cm, keempat 0.42 cm, kelima 0.49 cm , keenam 0.25 cm dan hari ketujuh 1.05 cm, dari data tersebut kecambah terus
mengalami pertumbuhan panjang, pertumbuhan kecambah tersebut terjadi karena
pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak
Cyperus rotundus tersebut masih
mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna
radiata masih bisa tetap tumbuh. Faktor lain yang
menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan
mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus).
Untuk
perbandingan 1:14 pada
cawan petri pertama
memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.08 cm,
hari kedua 0.25 cm, ketiga 0.41
cm, keempat 0.36 cm, kelima 0.49 cm, keenam 0.45cm, dan hari ketujuh 0.73 cm, pertumbuhan kecambah tersebut
terjadi karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari
penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus
rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna radiata masih bisa tetap tumbuh. Faktor
lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan
mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus). Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.55 cm, hari kedua 1.14 cm, ketiga 1.82
cm, keempat 1.47 cm, kelima 0.77 cm, keenam 0.47cm, dan hari ketujuh 1.35 cm, pertumbuhan kecambah tersebut
terjadi karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari
penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus
rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna radiata masih bisa tetap tumbuh. Faktor
lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan
mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus).
Cawan petri ketiga memiliki rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0 cm, hari kedua 0.22 cm, 0.76 cm, keempat 1.11 cm, kelima 0.48 cm, keenam 1.47 cm, dan hari
ketujuh 0,77 cm, hal tesebut karena pengaruh zat
allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus
rotundus)
bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Untuk
perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0 cm, hari kedua
0.24 cm, ketiga 0.58 cm, keempat 0.5 cm, kelima 0.09 cm, keenam 0.78 cm, dan hari ketujuh
0.34 cm, hal tesebut karena pengaruh zat
allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus
rotundus)
bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0 cm, hari kedua
0.06 cm, ketiga 0.24 cm, keempat 0.19 cm, kelima 0.33 cm, keenam 0.14 cm, dan hari ketujuh 0,05 cm,
hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus
rotundus)
bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Cawan petri
ketiga memilik rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami
pertumbuhan kecambah, hari
kedua 0.17, hari ketiga 0.24 cm, keempat 0.36 cm, kelima 0.18 cm, keenam 0.24 cm, dan hari ketujuh 0.15 cm,
hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus
rotundus)
bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Dari
perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang
berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati yang menghambat atau mematikan pertumbuhan
dan perlakuan yang berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol semakin hari
mengalami pertumbuhan karena tidak dipengaruhi oleh alelopati atau tidak
terdapat zat kimia yang diproduksi oleh tanaman tersebut.
Pada perlakuan
kontrol di hari pertama pengamatan pada
biji kacang hijau (Vigna radiata) mengalami perkecambahan dengan
rata-rata 0.47 cm, hari kedua 1.91 cm, hari ketiga 2.27 cm, hari keempat 3.58
cm, hari kelima 4.92 cm, hari keenam 6.71 cm dan hari ketujuh 8.87 cm dari
perlakuan kontrol biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak mengalami hambatan pertumbuhan
dikarenakan perlakuan tidak dicampur dengan ekstrak alang-alang (Imperata Cylindrica) dan rumput teki (Cyperus
rotundus).
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput teki (Cyperus
rotundus)
terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata) berhasil, karena 60% dari hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pengaruh allelopati telah menghambat pertumbuhan tanaman
lain.
2.
Tabel
pengamatan pengaruh allelopati ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata).
Dari
data hasil percobaan yang telah dilakukan pada tabel kedua yang dilakukan selama tujuh hari pengaruh
ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus) pada kecambah
kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus)
yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.29 cm, hari kedua 0.92 cm, ketiga 1.30
cm, keempat 1.5 cm, kelima 1.7cm, keenam 1.8 cm, dan hari ketujuh dengan
rata-rata 1.5 cm mengalami penurunan pertumbuhan kecambah karena pengaruh
alelopati dan pada
cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.25 cm, hari kedua 0.25 cm, ketiga 0.81
cm, keempat 0.91 cm, hari kelima dan keenam dan hari ketujuh 1.2 cm dan pada cawan petri ketiga memiliki
rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.16 cm, hari kedua
0.47 cm, ketiga 0.88
cm, keempat 1.2 cm, hari kelima dan keenam 1.3 cm , dan hari ketujuh 1.4 cm. Untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.31 cm, hari kedua 0.36 cm, ketiga 0.33
cm, keempat 1 cm, kelima 1.3 cm, keenam 0.7 cm, dan hari ketujuh 0.72 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.62 cm, hari kedua 1.37 cm, ketiga 0.46
cm, keempat 0.5 cm, kelima 1.1 cm, keenam 1 cm, dan hari ketujuh 0.91 cm, cawan
petri ketiga memilik rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.92 cm,
hari kedua 0.35 cm, ketiga 0.67
cm, keempat 0.4 cm, kelima 1.5 cm, keenam 1 cm, dan hari ketujuh 0.93 cm. Untuk
perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.36 cm, hari kedua 0.52 cm, ketiga 0.74
cm, keempat 0.75 cm, kelima 1.2 cm, keenam 1.3 cm, dan hari ketujuh 1.5 cm.
Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.58 cm, hari kedua 0.62 cm, ketiga 0.78
cm, keempat 0.90 cm, kelima 1 cm, keenam 1.83 cm, dan hari ketujuh 2.2 cm,
cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama
0.48, hari kedua 0.53 cm, hari
ketiga 1.3 cm, keempat 1.5 cm, kelima 1.7cm, keenam 1.73 cm, dan hari ketujuh
1.8 cm.
Pada perlakuan
kontrol di hari pertama pengamatan pada
biji kacang hijau (Vigna radiata) mengalami perkecambahan dengan
rata-rata 0.51 cm, hari kedua 0.61 cm, hari ketiga 0.79 cm, hari keempat 1.2
cm, hari kelima 1.7 cm, hari keenam 1.9 cm dan hari ketujuh 2.5 cm dari
perlakuan kontrol biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak mengalami hambatan pertumbuhan
dikarenakan perlakuan tidak dicampur dengan ekstrak alang-alang (Imperata Cylindrica) dan rumput teki (Cyperus
rotundus).
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput teki (Cyperus
rotundus)
terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak
berhasil, karena 60% dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati tidak menghambat pertumbuhan
tanaman lain, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan ekstrak masih
terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus
yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat
biji Vigna radiata masih bisa tetap
tumbuh. Selain itu ekstrak yang digunakan pada hari ketiga memiliki suhu yang
rendah karena ekstrak tersebut telah disimpan di dalam lemari es untuk menjaga
keawetan ekstrak Cyperus rotundus,
hal ini berpengaruh pada perkecambahan biji. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan.
Suhu optimal yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan biji yaitu
pada kisaran suhu antara 26,5°C sd 35°C. Faktor lain yang menyebabkan
bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan
mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus).
3.
Pengamatan
terhadap pengaruh allelopati ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada pertumbuhan biji jagung (Zea mays).
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman
rumput teki (Cyperus rotundus)
terhadap pertumbuhan kecambah biji jagung (Zea
mays) yaitu pada perbandingan ekstrak rumput teki (Cyperus
rotundus)
yang ditambah dengan aquadest 1:7
pada cawan petri pertama
memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami
perkecambahan, hari kedua 0.27 cm, ketiga 0.54
cm, keempat 0.42 cm, kelima 0.6 cm, keenam 1.8 cm, dan hari ketujuh dengan
rata-rata 0.1 cm mengalami penurunan pertumbuhan kecambah karena pengaruh
alelopati dan pada
cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami
pertumbuhan kecambah,
hari kedua 0.18 cm, ketiga 0.48
cm, keempat 0.7 cm, hari kelima 0.16 cm dan keenam 2.08 cm dan hari ketujuh
0.12 cm dan pada cawan
petri ketiga
memiliki
rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama dan hari kedua tidak mengalami
perkecambahan, hari ketiga 0.04 cm, keempat 0.24 cm, hari kelima 0.33 cm, hari keenam 0.15
cm , dan hari ketujuh tidak mengalami pertumbuhan, untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
tidak mengalami pertumbuhan pertumbuhan, hari kedua
0.21 cm, ketiga 1.34
cm, keempat 0.32 cm, kelima 2.65 cm, keenam 0.34 cm, dan hari ketujuh 4.1 cm.
Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
tidak mengalami pertumbuhan kecambah, hari kedua
0.69 cm, ketiga 1.6
cm, keempat 2.24 cm, kelima 1.29 cm, keenam 0.05 cm, dan hari ketujuh 0.51 cm,
cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama
tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.22 cm, ketiga 0.76
cm, keempat 1.71 cm, kelima 0.48 cm, keenam 1.47 cm, dan hari ketujuh 0.07 cm.
Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.24 cm, ketiga 0.58
cm, keempat 0.5 cm, kelima 10.9 cm, keenam 0.78 cm, dan hari ketujuh 0.34 cm.
Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
tidak mengalami pertumbuhan,
hari kedua 0.6 cm, ketiga 0.24
cm, keempat 0.19 cm, kelima 0.33 cm, keenam 0.14 cm, dan hari ketujuh 0.05 cm,
cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama
tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.17 cm, hari ketiga 0.24 cm, keempat 0.36 cm, hari
kelima dan keenam 0.24 cm, dan hari ketujuh 0.19 cm. Dari perbandingan 1:7,
1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda dikarenakan
pengaruh alelopati menghambat atau mematikan pertumbuhan dan perlakuan yang
berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol semakin hari mengalami pertumbuhan
karena tidak dipengaruhi oleh alelopati.
Pada perlakuan
kontrol di hari pertama pengamatan pada jagung
(Zea mays) tidak mengalami, hari kedua
dan hari ketiga 0.06 cm, hari keempat
0.15 cm, hari kelima 0.04 cm, hari keenam 0.11 cm dan hari ketujuh 0.28 cm dari
perlakuan kontrol jagung
(Zea mays) tidak mengalami hambatan pertumbuhan dikarenakan
perlakuan tidak dicampur dengan ekstrak alang-alang (Imperata Cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus).
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput teki (Cyperus
rotundus)
terhadap perkecambahan biji jagung (Zea
mays) berhasil, karena 60% dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh
allelopati telah menghambat pertumbuhan tanaman lain.
4.
Pengamatan
terhadap pengaruh allelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) pada pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata).
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman alang-alang
(Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kecambah biji
kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak alang-alang (Imperata
cylindrica) yang
ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
0.15 , hari kedua 5.79 cm, ketiga 0.96
cm, keempat 0.92 cm, kelima 1.24 cm, keenam 1.12 cm, dan hari ketujuh dengan
rata-rata 1.20 cm. Pada
cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.28 cm hari kedua 9.45 cm, ketiga 2.01 cm, keempat 1.64 cm, hari kelima 2.59 cm dan keenam
2.04 cm dan hari
ketujuh 2.13 cm dan pada
cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.09 cm, hari kedua 5.77 cm, hari
ketiga 1.12 cm, keempat 0.76
cm, hari kelima 1.18 cm, hari keenam 1.19 cm , dan hari ketujuh 1.15 cm, untuk
perbandingan 1:14 pada
cawan petri pertama
memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.74, hari kedua 1.91 cm, ketiga 2.76 cm, keempat 2.46 cm, kelima 2.75 cm, keenam
3.11 cm, dan hari ketujuh 3.25 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.15 cm, kedua 2.15
cm, ketiga 0.46 cm, keempat 0.12 cm, kelima 0.8 cm, keenam 0.96 cm, dan hari
ketujuh 0.86 cm, cawan
petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.23 cm, hari kedua 1.05 cm, ketiga 2.15
cm, keempat 2.15 cm, kelima 2.05 cm, keenam 2.55 cm, dan hari
ketujuh 1.69 cm. Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan
kecambah pada hari pertama
0.4 cm , hari kedua 1.4 cm, ketiga 2.47
cm, keempat 2.63 cm, kelima 2.57 cm, keenam 2.75 cm, dan hari
ketujuh 2.80 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
0.46 cm, hari kedua 1.92 cm, ketiga 3.1
cm, keempat 3.99 cm, kelima 4.33 cm, keenam 4.13
cm, dan hari ketujuh 4.11 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan
kecambah pada hari pertama 0.34 cm, hari kedua 9.8 cm, hari ketiga 2.33 cm, keempat 2.88 cm, hari
kelima 2.55 cm, keenam 1.58 cm, dan hari ketujuh 1.60 cm. Dari
perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang
berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati menghambat atau mematikan
pertumbuhan dan perlakuan yang berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol
semakin hari mengalami pertumbuhan karena tidak dipengaruhi oleh alelopati.
Pertumbuhan kecambah kacang hijau (Vigna radiata) perlakuan
kontrol di hari pertama pengamatan pada kacang hijau (Vigna radiata)
memiliki rata-rata 0.75 cm, hari kedua 1.09 cm, hari ketiga
1.55 cm, hari keempat 1.82 cm, hari kelima 2.6 cm, hari keenam 5.44 cm
dan hari ketujuh 2.76 cm dari perlakuan kontrol kacang kijau (Vigna radiata) mengalami
hambatan pertumbuhan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput alang-alang (Imperata
cylindrica)
terhadap perkecambahan biji kacang
hijau (Vigna radiata) tidak berhasil, karena dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
pengaruh allelopati tidak menghambat pertumbuhan tanaman lain, hal ini
disebabkan karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar
alang-alang (Imperata cylindrica) yang lolos dari penyaringan,
sehingga pada ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) tersebut masih mengandung unsur
hara yang membuat biji kacang hijau (Vigna
radiata) masih bisa tetap tumbuh. Selain itu ekstrak yang digunakan pada
hari ketiga memiliki suhu yang rendah karena ekstrak tersebut telah disimpan di
dalam lemari es untuk menjaga keawetan ekstrak alang-alang (Imperata
cylindrica),
hal ini berpengaruh pada perkecambahan biji. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan.
Suhu optimal yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan biji yaitu
pada kisaran suhu antara 26,5°C sd 35°C. Faktor lain yang menyebabkan
bertumbuhnya kecambah kacang hijau (Vigna radiata) karena kandungan
mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput alang-alang (Imperata
cylindrica).
5.
Pengamatan
terhadap pengaruh allelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) pada pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata).
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman alang-alang
(Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kecambah biji
kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak alang-alang (Imperata
cylindrica) yang
ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
0.58 , hari kedua 1.79 cm, ketiga 1.03
cm, keempat 1.15 cm, kelima 1.56 cm, keenam 0.67 cm, dan hari ketujuh dengan rata-rata
0.87 cm. Pada cawan
petri kedua
memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari
pertama 0.82 cm
hari kedua 2.14 cm, ketiga 1.51
cm, keempat 1.36 cm, hari kelima 1.85 cm dan keenam 1.27 cm dan hari ketujuh
1.30 cm dan pada cawan
petri ketiga
memiliki
rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.38 cm, hari kedua 2.175 cm, hari
ketiga 1.53 cm, keempat 1.29
cm, hari kelima 1.96 cm, hari keenam 0.93 cm , dan hari ketujuh 0.80 cm, untuk
perbandingan 1:14 pada
cawan petri pertama
memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.55 cm, hari kedua 1.25 cm, ketiga 1.69
cm, keempat 0.96 cm, kelima 1.14 cm, keenam 1.19 cm, dan hari ketujuh 1.45 cm.
Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.38 cm, kedua 1.7 cm,
ketiga 1.14 cm, keempat 0.58 cm, kelima 1.26 cm, keenam 0.87 cm, dan hari
ketujuh 0.96 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah
pada hari pertama 0.19 cm, hari kedua 1.7 cm, ketiga 1.91
cm, keempat 1.74 cm, kelima 1.89 cm, keenam 1.2 cm, dan hari ketujuh 1.35 cm.
Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.53 cm , hari kedua 1.48 cm, ketiga 2.7
cm, keempat 2.85 cm, kelima 2.7 cm, keenam 2.12 cm, dan hari ketujuh 2.35 cm.
Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan kecambah pada hari pertama
1.05 cm, hari kedua 1.86 cm, ketiga 1.85
cm, keempat 3.1 cm, kelima 2.6 cm, keenam 2.23 cm, dan hari ketujuh 2.80 cm,
cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama
0.62 cm, hari kedua 1.475 cm,
hari ketiga 3.78 cm, keempat 2.32 cm, hari kelima 3.13 cm, keenam 3.06 cm, dan
hari ketujuh 3.15 cm. Dari perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami
pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati
menghambat atau mematikan pertumbuhan dan perlakuan yang berbeda-beda,
dibanding perlakuan kontrol semakin hari mengalami pertumbuhan karena tidak
dipengaruhi oleh alelopati.
Pada perlakuan kontrol di hari pertama pengamatan pada kacang hijau (Vigna radiata)
memiliki rata-rata 0.90 cm, hari kedua 0.93 cm, hari ketiga 1.51 cm, hari keempat 1.71 cm, hari kelima
2.38 cm, hari keenam 1.0 cm dan hari ketujuh 2.38 cm dari perlakuan kontrol kacang kijau (Vigna radiata)
tidak mengalami hambatan pertumbuhan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput alang-alang (Imperata
cylindrica)
terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak
berhasil, karena dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati tidak menghambat pertumbuhan
tanaman lain, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan ekstrak masih
terdapat tanah pada akar alang-alang (Imperata cylindrica) yang lolos dari penyaringan,
sehingga pada ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) tersebut masih mengandung unsur
hara yang membuat biji kacang hijau (Vigna
radiata) masih bisa tetap tumbuh. Selain itu ekstrak yang digunakan pada
hari ketiga memiliki suhu yang rendah karena ekstrak tersebut telah disimpan di
dalam lemari es untuk menjaga keawetan ekstrak alang-alang (Imperata
cylindrica),
hal ini berpengaruh pada perkecambahan biji. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan.
Suhu optimal yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan biji yaitu
pada kisaran suhu antara 26,5°C sd 35°C. Faktor lain yang menyebabkan
bertumbuhnya kecambah kacang hijau (Vigna radiata) karena kandungan
mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput alang-alang (Imperata
cylindrica).
6.
Pengamatan
terhadap pengaruh allelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) pada pertumbuhan biji jagung (Zea mays).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tujuh hari pada
pengaruh zat allelopati tanaman alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kecambah biji
jagung (Zea mays) yaitu pada
tabel kelima dalam perlakuan ekstrak alang-alang dengan kecambah biji jagung,
dapat dilihat bahwa pada pengamatan pertama dengan perbandingan 1 : 7 pada
cawan petri 1 hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu
0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi
dan perkecambahan biji jagung lebih lama dibandingkan biji kacang hijau, pada
hari ketiga kecambah sudah mengalami pertumbuhan dengan panjang 0,11 hal ini
terjadi karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah
mengalami penyusutan dengan panjang kecambah 0,07 dikarenakan biji jagung
penyerapannya terlalu kuat, pada hari kelima kecambah terus mengalami
penyusutan panjang kecambah mencapai 0,04 hal ini dikarenakan pada hari kelima
tiak dilakukan penyiraman dan zat allelopati telah menghambat perkecambahan,
pada hari keenam sampai hari ketujuh kecambah mengalami kematian dikeranakan
tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat
allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 2
hari pertama 0 pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada
hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan
perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang
hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,014 karena pada
hari ke dua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami
pertumbuhan dengan panjang 0,07 karena pada saat penyiraman aquadest tidak
tercampur rata dengan ekstrak, pada hari kelima kecambah mengalami penyusutan
dikarenakan pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari kelima
kecambah mulai menyusut dengan panjang 0,03 hal ini terjadi karena pada hari
keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan hari ketujuh kecambah
mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai
hari ketujuh, tidak dilakukan penyiraman
pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada
pengamatan cawan petri 3 hari pertama 0 pada hari kedua belum mengalami
pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung
mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah
dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan
panjang 0,18 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat
kecambah mengalami penyusutan karena terjadi kekeringan, pada hari kelima
kecambah terus menyusut dengan panjang 0,02 hal ini terjadi karena zat
allelopati mulai bereaksi, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami
kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari
ketujuh, tidak dilakukan penyiraman pada
hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan.
Pada pengamatan dengan
perbandingan ekstrak 1 : 14 pada cawan petri 1 pada hari pertama 0, pada hari
kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua
kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih
lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah
mulai tumbuh dengan panjang 0,10 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman,
pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan
dengan panjang 0,07 hal ini terjadi karena penyerapan kecambah sangat
kuat sehingga kekeringan, pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan
dengan panjang 0,04 hal ini terjadi karena zat alllelopati mulai bereaksi, pada
hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak
ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat
allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 2
pada hari pertama0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena
pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan
perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang
hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,09 karena pada
hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami
penambahan ukuran 0,11 hal ini terjadi karena perbandingan aquadest lebih
banyak dari pada ekstrak, pada hari kelima kecambah mengalami penunyusutan
dengan panjang 0,04 hal ini terjadi zat allelopati mulai bereaksi dan pada hari
keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan ketujuh kecambah
mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam
sampai hari ketujuh, tidak dilakukan
penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat
perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 3 pada hari pertama0, pada hari
kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua
kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih
lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah
mulai tumbuh dengan panjang 0,07 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman,
pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan panjang 0,05 hal ini
disebabkan zat allelopati telah menghambat, begitu pula pada hari kelima
kecambah terus menyusut dengan panjang 0,01, pada hari keenam dan ketujuh
kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari
keenam sampai hari ketujuh, tidak
dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah
menghambat perkecambahan.
Pada
pengamatan dengan perbandingan ekstrak 1 : 21 pada cawan petri 1 pada hari
pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari
pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan
biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari
ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,18 karena pada hari kedua
dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan
panjang 0,10 hal ini terjadi karena zat allelopati mulai menghambat begitupun
pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan dengan panjang 0,06 karena
pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman dan zat allelopati mulai bereaksi,
pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan
tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat
allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 2
pada hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena
pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan
perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang
hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,12 karena pada
hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami
penyusutan dengan panjang 0,05 hal ini terjadi karena penyerapan kecambah
sangat kuat sehingga terjadi kekeringan, pada hari kelima kecambah terus
mengalami penyusutan dengan panjang 0,01 hal ini terjadi karena zat allelopati
telah menghambat kecambah dan pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman,
pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan
tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat
allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawac petri 3
pada hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena
pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan
perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang
hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,09 karena pada
hari kedua telah dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami
penyusutan dengan panjang 0,07 hal ini terjadi karena penyerapan kecambah
sangat kuat sehingga terjadi kekeringan, pada hari kelima kecambah terus
mengalami penyusutan dengan panjang 0,02 hal ini terjadi karena pada hari
keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan ketujuh kecambah
mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam
sampai hari ketujuh, tidak dilakukan
penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat
perkecambahan.Pada pengamatan kontrol hari pertama dan hari kedua kecambah
tidak mengalami pertumbuhan karena biji jangung mengalami dormansi biji dan
perkecambahan biji jagung lebih lama dari pada kacang hijau. pada hari ketiga
0,17 pada hari keempat 0,09 megalami penyusutan karena penyerapan sangat kuat
sehingga kekeringan, pada hari kelima 0,05 mengalami penyusutan karena pada hari
keempat tidk dilakukan penyiraman, pada
hari keenam sampai hari ketujuh kecambah mengalami kematian, seharusnya
kecambah tumbuh dengan baik karena menggunakan air yang mengandung zat hara
dapat meningkatkan pertumbuhan pada
kecambah.
Berdasarkan
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh allelopati terhadap
perkecambahan berhasil karena pada perbandingan 1 : 7 ekstrak alang alang
menghambat perkecambahan meskipun ada sebagian pada cawan petri yang tumbuh
tumbuh dan pada akhirnya mati, 1 : 14 ekstrak alang alang menghambat
perkecambahan meskipun ada sebagian pada
cawan petri yang tumbuh dan pada akhirnya mati dan 1 : 21 ekstrak alang alang
menghambat kecambah biji jagung meskipun ada sebagian pada cawan petri yang
tumbuh dan pada akhirnya mati dan pada kontrol terjadi pertumbuhan yang
signifikan.
Berdasarkan
hasil pengamatan dari keenam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengaruh allelopati terhadap biji kacang
hijau (Vigna radiata) dan biji jagung
(Zea mays) berhasil karena dari semua
tabel yang ada di atas telah terjadi penghambatan pertumbuhan pada tanaman yang
diberi ekstrak alang-alang (Imperata
cylindrica) dan rumput teki (Cyperus
rotundus) yang dapat menghasilkan senyawa allelokimia yang menjadi senyawa
metabolit sekunder di akar, rhizoma,
daun, serbuk sari dan biji. Adapun fungsi dari senyawa allelokimia itu
sendiri belum diketahui secara pasti namun beberapa fungsinya sebagai
pertahanan dari hewan herbivore dan pathogen tanaman yang lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh
dari hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
B. Saran
KEPUSTAKAAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar