Senin, 26 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PENGARUH ALLEOPATI TERHADAP PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKECAMBAHAN TANAMAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain  defenisi dari ekologi adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan  ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidaykan) dengan lingkungannya. Lingkungan hidup tanaman dibagi atas dua kelompok yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya  (Hanum, 2009).
Setiap individu selalu berhubungan dengan individu  yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita temui di lingkungan sekitar. Interaksi antar biotik dalam komunitas ada yang bersifat sangat erat dan ada yang kurang erat. Allelopati merupakan salah satu dari ineraksi antar komponen biotik (Abdurahman, 2008).
Zat allelopati merupakan bahan kimia yang dikeluarkan oleh gulma terhadap tanaman pokok yang menyebabkan morfologi daunnya yang dipenuhi oleh bercak  coklat dan putih, tinggi tanaman kerdil, panjang akar tidak normal. Secara fisik gulma bersaing dengan tumbuhan dalam hal pemanfaatan ruang, cahaya dan secara kimiawi dalam hal pemanfaatan air, nutrisi, gas-gas penting dalam proses allelopati (Suryaningsih, dkk, 2011).
Berdasarkan hal di atas, perlu kita melihat dan mengamati secara langsung pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh beberapa jenis tanaman sehingga menghambat dan merusak tanaman lainnya karena zat kimia yang diproduksi oleh tanaman tersebut.
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan/ pertumbuhan tanaman?
2.    Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari tanaman yang mengandung allelopati?
3.    Bagaimanakah reaksi yang ditimbulkan dari tanaman yang terkena efek allelopati?
C.    Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Mempelajari pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan/ pertumbuhan tanaman.
2.    Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanaman yang mengandung allelopati.
3.    Mengamati reaksi yang ditimbulkan dari tanaman yang terkena efek allelopati.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Tinjauan Umum Allelopati
Istilah alelopati (allelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun 1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Tahun 1974, Rice memberikan batasan alelopati sebagai keadaan merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain, termasuk mikroorganisme, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke lingkungannya. Batasan ini kemudian terus diverifikasi dengan berbagai penelitian. Tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat pada suatu tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan pengaru rangsangan pada tingkat konsentrasi yang lain. Sejak tahun tersebut, Rice dan sebagian besar ilmuwan yang menekuni alelopati merujuk terhadap batasan yang dikemukakan oleh Molisch. Alelopati kemudian didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap yang lainnya, termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif/perangsangan, maupun negatif/penghambatan terhadap pertumbuhan, melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Junaedi, dkk, 2006).

Interaksi kimia yang terjadi di antara tanaman yang dikenal sebagai alelopati, dan senyawa organik yang berperan dalam alelopati dikenal sebagai allelokimia. Alelopati merupakan interaksi ekologi dan kimia ditandai dengan efek stimulasi dan penghambatan antara keluarga tanaman yang berbeda. Di seluruh dunia, sifat penghambatan dari ekstrak dan residu dari banyak spesies herbal berkumpul dengan tanaman yang diinginkan pada bidang yang sama telah menjadi sumber utama keprihatinan. Sifat alelopati tanaman dan metabolitnya dapat secara efektif digunakan untuk manajemen gulma biologis dalam produksi tanaman (Hassannejad, dkk, 2013).
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :

Senyawa allelopati yang dihasilkan oleh gulma bersifat racun dapat terjadi di tanah melalui beberapa cara eksudasi atau eksresi dari akar, volatilasi dari daun yang berupa gas melalui stomata, larut atau leaching dari daun segar melalui air hujan atau embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi, dan transformassi dari mikroorganisme tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari leaching daun segar jauh lebih rendah dibandingkan yang berasal dari serasah yang telah terdekomposisi. Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu asam fenolat, koumarat, terpinoid, flafinoid, dan scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat. Mekanisme kerja senyawa alelopati antara lain berkaitan dengan sintesis asam amino (sintesis glutamina, aspartat aminotransferase), sintesis pigmen (sintesis asam livulenat (ALA), fungsi plasma membran (H+-ATPase, NADH oksidase), fotosintesis (CF1 ATPase), sintesis lipid (Asetil- CoA transiklase, 3-oksoasil-ACP sintesis, seramida sintase), dan sintesa asam nukleat (RNA polymerase, adenosilsuksinat sintase, AMP deaminase, isoleusil-t-RNA sintase)  (Kilkoda, 2015).
Gulma merupakan suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya. Tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau tanaman yang sengaja ditanam. Gulma juga merupakan semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekatnya atau tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Di tingkat petani, kehilangan hasil jagung karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Kerugian yang disebabkan oleh gulma dapat menurunkan produksi tanaman, contohnya pada tanaman tomat dapat menurunkan hasil hingga 50 %. Persaingan atau kompetisi adalah perjuangan dua organisme atau lebih untuk memperebutkan obyek yang sama. Gulma maupun tanama budi daya mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangannya yaitu unsur hara, air, cahaya, ruang tempat tumbuh dan CO2 (Suryaningsih, 2011).
Gulma rumput-rumputan seperti alang-alang (Imperata cylindrical), rumput pait (Pasplum konjugatum), dan rumput teki (Cyperus rotundus) memiliki kemampuan memegang tanah lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan  berdaun  lebar. Fakta  lainnya, jumlah akar gulma rumput-rumputan    4-20 kali lebih   banyak dibandingkan   dengan tumbuhan  berdau   lebar (Siagian, 2015).
B.       Tinjauan Ayat dan Hadits yang Relevan
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki banyak manfaat. Tumbuh-tumbuhan dapat memunculkan beberapa zat untuk dimanfaatkan oleh dirinya dan makhluk hidup lainnya, misalnya zat allelopati yang terdapat pada tumbuhan. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d : 4.
وَفِي ٱلۡأَرۡضِ قِطَعٞ مُّتَجَٰوِرَٰتٞ وَجَنَّٰتٞ مِّنۡ أَعۡنَٰبٖ وَزَرۡعٞ وَنَخِيلٞ صِنۡوَانٞ وَغَيۡرُ صِنۡوَانٖ يُسۡقَىٰ بِمَآءٖ وَٰحِدٖ وَنُفَضِّلُ بَعۡضَهَا عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلۡأُكُلِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ ٤

Terjemahnya: Dan Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

Berdasarkan ayat diatas bahwasannya terdapat pula di bumi, bagian-bagian tanah yang berdekatan dan berdampingan tetapi berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur untuk ditanami tanaman apa saja, ada pula tanah yang hanya dapat ditanami pohon-pohon besar saja, tetapi tidak baik untuk ditanami tanaman palawija atau sebaliknya, dan ada pula tanah yang lunak dan ada pula yang keras yang untuk memecahkannya memerlukan dinamit dan bahan peledak. Dan di bumi terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija dan pohon yang bercabang dan tidak bercabang. Semuanya itu disiram dengan air yang sama tetapi menghasilkan buah yang beraneka warna rasanya, seperti pohon tebu yang rasanya manis, buah jeruk yang rasanya manis dan masam serta buah paria yang rasanya pahit, dan lain sebagainya. Allah melebihkan sebahagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang bentuknya, rasanya dan baunya. Pada semua tanda-tanda itu terdapat kekuasan Allah dan menjadi dalil yang membawa keyakinan bagi orang-orang yang suka berpikir (Shahilul Bukhari jilid 3, 1415 H).



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah:
Hari/Tanggal               : Senin/ 4 April 2016
Waktu                         : 08.00-12.00 WITA
Tempat                        : Laboratoruim Genetika Jurusan Biologi, Lantai I
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata- Gowa
B.       Alat dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah blender, cawan petri, gelas ukur, penyaring, mikropipet, dan gunting.
2.    Bahan
Adapun bahan  yang digunakan pada praktikum ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica), rumput teki (Cyperus rotundus), biji kacang hijau (Vigna radiata), biji jagung (Zea mays), dan aquadest.



C.      Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Menghancurkan dan menghaluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan blender. Menyaring ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
2.    Membuat ekstrak bagian tumbuhan tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 : 14, dan 1 : 21.
3.    Menambahkan volume ekstrak menjadi 2 : 14, 2 : 28. Dan 2 : 42.
4.    Meletakkan 10 biji jagung atau biji kacang hijau pada cawan petri, sebanyak 9 petri, dan satu petri yang berisi kontrol.
5.    Menyiram sebanyak 5 ml ekstrak allelopati ke dalam cawan petri yang telah berisi biji kacang hijau atau biji jagung.
6.    Terdapat 3 (tiga) perlakukan dengan masing-masing perlakukan 3 (tiga) ulangan.
7.    Mengamati panjang perkecambahan setiap hari, dengan mengukur menggunakan benang dan mistar.
8.    Menentukan persen dari kecambah dan mengukur panjang kecambahnya.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.    Hasil PengamatanJenis ekstrak     : Rumput teki (Cyperus rotundus)
Tanaman         : Biji kacang hijau (Vigna radiata)
Hari
Ke
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
0,47
0,13
0,61
0,17
0,8
0,55
-
-
-
-
2
0,47
0,13
0,61
0,17
0,8
0,55
0,22
0,24
0,6
0,17
3
0,91
0,26
1,09
0,26
0,25
1,14
0,76
0,58
0,24
0,24
4
2,27
0,88
1,27
0,39
0,41
0,82
1,11
0,5
0,19
0,36
5
4,92
0,78
1,05
0,49
0,49
0,91
0,48
0,09
0,33
0,18
6
6,71
0,95
1,55
0,25
0,45
0,55
1,47
0,78
0,14
0,24
7
8,87
0,47
0,47
1,05
0,73
1,35
0,77
0,34
0,05
0,15
2.    Jenis ekstrak   : Rumput teki (Cyperus rotundus)
Tanaman         : Biji kacang hijau (Vigna radiata)
Hari
Ke
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
0,51
1,29
0,25
0,16
0,31
0,62
0,92
0,36
0,58
0,48
2
0,61
1,92
0,25
0,47
0,36
0,37
0,35
0,52
0,62
0,53
3
0,79
1,30
0,81
0,88
0,33
0,46
0,67
0,74
0,78
1,3
4
1,2
1,5
0,91
1,2
1
0,5
0,4
0,75
0,90
1,5
5
1,7
1,6
1,62
1,3
1,3
1,1
1,5
1,2
1
1,7
6
1,9
1,8
1,2
1,3
0,7
1
1
1,3
1,83
1,73
7
2,5
1,5
1,2
1,4
0,72
0,91
0,93
1,5
2,2
1,8


3.    Jenis ekstrak   : Rumput teki (Cyperus rotundus)
Tanaman         : Biji jagung (Zea mays)
Hari
ke
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
0,06
0,27
0,18
-
0,21
0,59
0,22
0,24
0,6
0,17
3
0,06
0,54
0,48
0,04
0,34
1,6
0,76
0,58
0,24
0,24
4
0,15
0,42
0,7
0,24
0,35
2,24
1,11
0,5
0,19
0,36
5
0,44
0,62
0,16
0,33
2,26
1,29
0,48
0,09
0,33
0,18
6
0,11
0,31
2,08
0,16
0,34
0,5
1,47
0,78
0,14
0,24
7
0,17
0,1
0,12
-
4,1
0,51
0,77
0,34
0,05
0,15
4.    Jenis ekstrak   : Alang-alang (Imperata cylindrica)
Tanaman         : Kacang Hijau (Vigna radiata)
Hari
ke
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
0,75
0,15
0,28
0,09
0,74
0,15
0,23
0,4
0,46
0,34
2
1,09
5,97
9,45
5,77
1,91
2,15
1,25
1,4
1,92
9,8
3
1,55
0,96
2,01
1,12
2,76
0,46
2,15
2,47
3,1
2,33
4
1,82
0,92
1,64
0,76
2,46
0,12
2,05
2,63
3,99
2,88
5
2,6
1,24
2,59
1,18
2,75
0,8
2,55
2,57
4,33
2,55
6
5,44
1,12
2,04
1,19
3,11
0,96
1,79
2,75
4,13
1,58
7
2,76
1,20
2,13
1,15
3,25
0,86
1,69
2,80
4,11
1,60
5.    Jenis ekstrak   : Alang-alang (Imperata cylindrica)
Tanaman         : Kacang Hijau (Vigna radiata)
Hari
ke
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
0,90
0,58
0,82
0,38
0,55
0,38
0,19
0,53
1,05
0,62
2
0,93
1,79
2,14
2,17
1,25
1,7
1,7
1,48
1,86
1,45
3
1,51
1,03
1,57
1,53
1,69
1,14
1,91
2,7
1,85
3,78
4
1,71
1,15
1,56
1,29
0,96
0,58
1,74
2,85
3,1
3,12
5
1,91
1,56
1,55
1,96
1,44
1,26
1,89
2,97
2,6
3,13
6
2,38
0,67
1,27
0,93
1,19
0,87
1,2
2,62
2,32
3,06
7
2,98
0,56
1,30
0,50
1,45
0,96
1,35
2,35
2,80
3,15
6.    Jenis ekstrak   : Alang-alang (Imperata cylindrica)
Tanaman         : Biji jagung (Zea mays)
Hari
ke
Panjang kecambah (cm) dalam perlakuan
kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
0,17
0,11
0,014
0,18
0,10
0,09
0.07
0,18
0,12
0,09
4
0,09
0,07
0,07
0,06
0,07
0,11
0,05
0,10
0,05
0.07
5
0,05
0,04
0,03
0,02
0,04
0,04
0,01
0,06
0,01
0,02
6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

A.      Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum tentang pengaruh allelopati beberapa jenis tanaman dengan menggunakan ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) dan alang-alang (Imperata cylindrica), dengan biji kacang hijau (Vigna radiata) dan biji jagung (Zea mays) perbandingan yang digunakan adalah 1:7 dengan volume tambahan 2:14, perbandingan 1:14 dengan volume tambahan 2:28 dan pada perbandingan 1:21 dengan volume tambahan 2:42 dalam satu minggu pengamatan dilakukan penyiraman sebanyak tiga kali dalam satu minggu. Dalam satu minggu pengamatan dilakukan penyiraman setiap hari untuk kontrol karena penyerapan air lebih cepat dibandingkan penyerapan ekstrak. Untuk penjelasan lebih lanjut pada setiap tabel dapat dilihat sebagai berikut:
1.    Tabel pengamatan pengaruh allelopati ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada pertumbuhan  biji kacang hijau (Vigna radiata).

Berdasarkan hasil pengamatan  yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman rumput teki (Cyperus rotundus) terhadap pertumbuhan kecambah biji kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.13 cm, hari kedua 0.26 cm, ketiga 0.88 cm, keempat 0.98 cm, kelima 0.78cm, keenam 0.95cm, dan hari ketujuh mengalami penurunan pertumbuhan kecambah dengan rata-rata 0,47cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pada cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0,61 cm, hari kedua 1.09 cm, ketiga 1.27 cm, keempat 1.09 cm, kelima 1.05 cm , keenam 0.55 cm dan hari ketujuh mengalami penurunan pertumbuhan kecambah 0.47 cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Dan pada cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.17 cm, hari kedua 0.26 cm, ketiga 0.39 cm, keempat 0.42 cm, kelima 0.49 cm , keenam 0.25 cm dan hari ketujuh 1.05 cm, dari data tersebut kecambah terus mengalami pertumbuhan panjang, pertumbuhan kecambah tersebut terjadi karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna radiata masih bisa tetap tumbuh. Faktor lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus).
Untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.08 cm, hari kedua 0.25 cm, ketiga 0.41 cm, keempat 0.36 cm, kelima 0.49 cm, keenam 0.45cm, dan hari ketujuh 0.73 cm, pertumbuhan kecambah tersebut terjadi karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna radiata masih bisa tetap tumbuh. Faktor lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus). Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.55 cm, hari kedua 1.14 cm, ketiga 1.82 cm, keempat 1.47 cm, kelima 0.77 cm, keenam 0.47cm, dan hari ketujuh 1.35 cm, pertumbuhan kecambah tersebut terjadi karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna radiata masih bisa tetap tumbuh. Faktor lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus). Cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0 cm, hari kedua 0.22 cm, 0.76 cm, keempat 1.11 cm, kelima 0.48 cm, keenam 1.47 cm, dan hari ketujuh 0,77 cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0 cm, hari kedua 0.24 cm, ketiga 0.58 cm, keempat 0.5 cm, kelima 0.09 cm, keenam 0.78 cm, dan hari ketujuh 0.34 cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0 cm, hari kedua 0.06 cm, ketiga 0.24 cm, keempat 0.19 cm, kelima 0.33 cm, keenam 0.14 cm, dan hari ketujuh 0,05 cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Cawan petri ketiga memilik rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan kecambah, hari kedua 0.17, hari ketiga 0.24 cm, keempat 0.36 cm, kelima 0.18 cm, keenam 0.24 cm, dan hari ketujuh 0.15 cm, hal tesebut karena pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh rumput teki (Cyperus rotundus) bersifat menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Dari perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati yang menghambat atau mematikan pertumbuhan dan perlakuan yang berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol semakin hari mengalami pertumbuhan karena tidak dipengaruhi oleh alelopati atau tidak terdapat zat kimia yang diproduksi oleh tanaman tersebut.
Pada perlakuan kontrol di hari pertama pengamatan pada biji kacang hijau (Vigna radiata)  mengalami perkecambahan dengan rata-rata 0.47 cm, hari kedua 1.91 cm, hari ketiga 2.27 cm, hari keempat 3.58 cm, hari kelima 4.92 cm, hari keenam 6.71 cm dan hari ketujuh 8.87 cm dari perlakuan kontrol  biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak mengalami hambatan pertumbuhan dikarenakan perlakuan tidak dicampur dengan ekstrak alang-alang (Imperata Cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus).
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput teki (Cyperus rotundus) terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata)  berhasil, karena 60% dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati telah menghambat pertumbuhan tanaman lain.
2.    Tabel pengamatan pengaruh allelopati ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada pertumbuhan  biji kacang hijau (Vigna radiata).

Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan pada tabel kedua yang dilakukan selama tujuh hari pengaruh ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada kecambah kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.29 cm, hari kedua 0.92 cm, ketiga 1.30 cm, keempat 1.5 cm, kelima 1.7cm, keenam 1.8 cm, dan hari ketujuh dengan rata-rata 1.5 cm mengalami penurunan pertumbuhan kecambah karena pengaruh alelopati dan pada cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.25 cm, hari kedua 0.25 cm, ketiga 0.81 cm, keempat 0.91 cm, hari kelima dan keenam dan hari ketujuh 1.2 cm dan pada cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.16 cm, hari kedua 0.47 cm, ketiga 0.88 cm, keempat 1.2 cm, hari kelima dan keenam 1.3 cm , dan hari ketujuh 1.4 cm. Untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.31 cm, hari kedua 0.36 cm, ketiga 0.33 cm, keempat 1 cm, kelima 1.3 cm, keenam 0.7 cm, dan hari ketujuh 0.72 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.62 cm, hari kedua 1.37 cm, ketiga 0.46 cm, keempat 0.5 cm, kelima 1.1 cm, keenam 1 cm, dan hari ketujuh 0.91 cm, cawan petri ketiga memilik rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.92 cm, hari kedua 0.35 cm, ketiga 0.67 cm, keempat 0.4 cm, kelima 1.5 cm, keenam 1 cm, dan hari ketujuh 0.93 cm. Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.36 cm, hari kedua 0.52 cm, ketiga 0.74 cm, keempat 0.75 cm, kelima 1.2 cm, keenam 1.3 cm, dan hari ketujuh 1.5 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.58 cm, hari kedua 0.62 cm, ketiga 0.78 cm, keempat 0.90 cm, kelima 1 cm, keenam 1.83 cm, dan hari ketujuh 2.2 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.48, hari kedua 0.53 cm, hari ketiga 1.3 cm, keempat 1.5 cm, kelima 1.7cm, keenam 1.73 cm, dan hari ketujuh 1.8 cm.
Pada perlakuan kontrol di hari pertama pengamatan pada biji kacang hijau (Vigna radiata)  mengalami perkecambahan dengan rata-rata 0.51 cm, hari kedua 0.61 cm, hari ketiga 0.79 cm, hari keempat 1.2 cm, hari kelima 1.7 cm, hari keenam 1.9 cm dan hari ketujuh 2.5 cm dari perlakuan kontrol  biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak mengalami hambatan pertumbuhan dikarenakan perlakuan tidak dicampur dengan ekstrak alang-alang (Imperata Cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus).
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput teki (Cyperus rotundus) terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak berhasil, karena 60% dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati tidak menghambat pertumbuhan tanaman lain, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar Cyperus rotundus yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak Cyperus rotundus tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji Vigna radiata masih bisa tetap tumbuh. Selain itu ekstrak yang digunakan pada hari ketiga memiliki suhu yang rendah karena ekstrak tersebut telah disimpan di dalam lemari es untuk menjaga keawetan ekstrak Cyperus rotundus, hal ini berpengaruh pada perkecambahan biji. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan. Suhu optimal yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan biji yaitu pada kisaran suhu antara 26,5°C sd 35°C. Faktor lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah Vigna radiata karena kandungan mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus).
3.    Pengamatan terhadap pengaruh allelopati ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) pada pertumbuhan  biji jagung (Zea mays).

Berdasarkan hasil pengamatan  yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman rumput teki (Cyperus rotundus) terhadap pertumbuhan kecambah biji jagung (Zea mays) yaitu pada perbandingan ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama tidak mengalami perkecambahan, hari kedua 0.27 cm, ketiga 0.54 cm, keempat 0.42 cm, kelima 0.6 cm, keenam 1.8 cm, dan hari ketujuh dengan rata-rata 0.1 cm mengalami penurunan pertumbuhan kecambah karena pengaruh alelopati dan pada cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan kecambah, hari kedua 0.18 cm, ketiga 0.48 cm, keempat 0.7 cm, hari kelima 0.16 cm dan keenam 2.08 cm dan hari ketujuh 0.12 cm dan pada cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama dan hari kedua tidak mengalami perkecambahan, hari ketiga 0.04 cm, keempat 0.24 cm, hari kelima 0.33 cm, hari keenam 0.15 cm , dan hari ketujuh tidak mengalami pertumbuhan, untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan pertumbuhan, hari kedua 0.21 cm, ketiga 1.34 cm, keempat 0.32 cm, kelima 2.65 cm, keenam 0.34 cm, dan hari ketujuh 4.1 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan kecambah, hari kedua 0.69 cm, ketiga 1.6 cm, keempat 2.24 cm, kelima 1.29 cm, keenam 0.05 cm, dan hari ketujuh 0.51 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.22 cm, ketiga 0.76 cm, keempat 1.71 cm, kelima 0.48 cm, keenam 1.47 cm, dan hari ketujuh 0.07 cm. Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.24 cm, ketiga 0.58 cm, keempat 0.5 cm, kelima 10.9 cm, keenam 0.78 cm, dan hari ketujuh 0.34 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.6 cm, ketiga 0.24 cm, keempat 0.19 cm, kelima 0.33 cm, keenam 0.14 cm, dan hari ketujuh 0.05 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama tidak mengalami pertumbuhan, hari kedua 0.17 cm, hari ketiga 0.24 cm, keempat 0.36 cm, hari kelima dan keenam 0.24 cm, dan hari ketujuh 0.19 cm. Dari perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati menghambat atau mematikan pertumbuhan dan perlakuan yang berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol semakin hari mengalami pertumbuhan karena tidak dipengaruhi oleh alelopati.
Pada perlakuan kontrol di hari pertama pengamatan pada jagung (Zea mays) tidak mengalami, hari kedua dan hari ketiga  0.06 cm, hari keempat 0.15 cm, hari kelima 0.04 cm, hari keenam 0.11 cm dan hari ketujuh 0.28 cm dari perlakuan kontrol  jagung (Zea mays) tidak mengalami hambatan pertumbuhan dikarenakan perlakuan tidak dicampur dengan ekstrak alang-alang (Imperata Cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus).
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput teki (Cyperus rotundus) terhadap perkecambahan biji jagung (Zea mays) berhasil, karena 60% dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati telah menghambat pertumbuhan tanaman lain.
4.    Pengamatan terhadap pengaruh allelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) pada pertumbuhan  biji kacang hijau (Vigna radiata).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kecambah biji kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.15 , hari kedua 5.79 cm, ketiga 0.96 cm, keempat 0.92 cm, kelima 1.24 cm, keenam 1.12 cm, dan hari ketujuh dengan rata-rata 1.20 cm. Pada cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.28 cm hari kedua 9.45 cm, ketiga 2.01 cm, keempat 1.64 cm, hari kelima 2.59 cm dan keenam 2.04 cm dan hari ketujuh 2.13 cm dan pada cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.09 cm, hari kedua 5.77 cm, hari ketiga 1.12 cm, keempat 0.76 cm, hari kelima 1.18 cm, hari keenam 1.19 cm , dan hari ketujuh 1.15 cm, untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.74, hari kedua 1.91 cm, ketiga 2.76 cm, keempat 2.46 cm, kelima 2.75 cm, keenam 3.11 cm, dan hari ketujuh 3.25 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.15 cm, kedua 2.15 cm, ketiga 0.46 cm, keempat 0.12 cm, kelima 0.8 cm, keenam 0.96 cm, dan hari ketujuh 0.86 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.23 cm, hari kedua 1.05 cm, ketiga 2.15 cm, keempat 2.15 cm, kelima 2.05 cm, keenam 2.55 cm, dan hari ketujuh 1.69 cm. Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.4 cm , hari kedua 1.4 cm, ketiga 2.47 cm, keempat 2.63 cm, kelima 2.57 cm, keenam 2.75 cm, dan hari ketujuh 2.80 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.46 cm, hari kedua 1.92 cm, ketiga 3.1 cm, keempat 3.99 cm, kelima 4.33 cm, keenam 4.13 cm, dan hari ketujuh 4.11 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.34 cm, hari kedua 9.8 cm, hari ketiga 2.33 cm, keempat 2.88 cm, hari kelima 2.55 cm, keenam 1.58 cm, dan hari ketujuh 1.60 cm. Dari perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati menghambat atau mematikan pertumbuhan dan perlakuan yang berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol semakin hari mengalami pertumbuhan karena tidak dipengaruhi oleh alelopati.
Pertumbuhan kecambah kacang hijau (Vigna radiata) perlakuan kontrol di hari pertama pengamatan pada kacang hijau (Vigna radiata) memiliki rata-rata 0.75 cm, hari kedua 1.09 cm, hari ketiga  1.55 cm, hari keempat 1.82 cm, hari kelima 2.6 cm, hari keenam 5.44 cm dan hari ketujuh 2.76 cm dari perlakuan kontrol kacang kijau (Vigna radiata) mengalami hambatan pertumbuhan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak berhasil, karena dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati tidak menghambat pertumbuhan tanaman lain, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar alang-alang (Imperata cylindrica) yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji kacang hijau (Vigna radiata) masih bisa tetap tumbuh. Selain itu ekstrak yang digunakan pada hari ketiga memiliki suhu yang rendah karena ekstrak tersebut telah disimpan di dalam lemari es untuk menjaga keawetan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica), hal ini berpengaruh pada perkecambahan biji. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan. Suhu optimal yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan biji yaitu pada kisaran suhu antara 26,5°C sd 35°C. Faktor lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah kacang hijau (Vigna radiata) karena kandungan mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput alang-alang (Imperata cylindrica).


5.    Pengamatan terhadap pengaruh allelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) pada pertumbuhan  biji kacang hijau (Vigna radiata).

Berdasarkan hasil pengamatan  yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kecambah biji kacang hijau (Vigna radiata) yaitu pada perbandingan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) yang ditambah dengan aquadest 1:7 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.58 , hari kedua 1.79 cm, ketiga 1.03 cm, keempat 1.15 cm, kelima 1.56 cm, keenam 0.67 cm, dan hari ketujuh dengan rata-rata 0.87 cm. Pada cawan petri kedua memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.82 cm hari kedua 2.14 cm, ketiga 1.51 cm, keempat 1.36 cm, hari kelima 1.85 cm dan keenam 1.27 cm dan hari ketujuh 1.30 cm dan pada cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.38 cm, hari kedua 2.175 cm, hari ketiga 1.53 cm, keempat 1.29 cm, hari kelima 1.96 cm, hari keenam 0.93 cm , dan hari ketujuh 0.80 cm, untuk perbandingan 1:14 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.55 cm, hari kedua 1.25 cm, ketiga 1.69 cm, keempat 0.96 cm, kelima 1.14 cm, keenam 1.19 cm, dan hari ketujuh 1.45 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.38 cm, kedua 1.7 cm, ketiga 1.14 cm, keempat 0.58 cm, kelima 1.26 cm, keenam 0.87 cm, dan hari ketujuh 0.96 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.19 cm, hari kedua 1.7 cm, ketiga 1.91 cm, keempat 1.74 cm, kelima 1.89 cm, keenam 1.2 cm, dan hari ketujuh 1.35 cm. Untuk perbandingan 1:21 pada cawan petri pertama memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 0.53 cm , hari kedua 1.48 cm, ketiga 2.7 cm, keempat 2.85 cm, kelima 2.7 cm, keenam 2.12 cm, dan hari ketujuh 2.35 cm. Pada cawan petri kedua memiliki nilai rata-rata pertumbuhan kecambah  pada hari pertama 1.05 cm, hari kedua 1.86 cm, ketiga 1.85 cm, keempat 3.1 cm, kelima 2.6 cm, keenam 2.23 cm, dan hari ketujuh 2.80 cm, cawan petri ketiga memiliki rata-rata pertumbuhan kecambah pada hari pertama 0.62 cm, hari kedua 1.475 cm, hari ketiga 3.78 cm, keempat 2.32 cm, hari kelima 3.13 cm, keenam 3.06 cm, dan hari ketujuh 3.15 cm. Dari perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 mengalami pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda dikarenakan pengaruh alelopati menghambat atau mematikan pertumbuhan dan perlakuan yang berbeda-beda, dibanding perlakuan kontrol semakin hari mengalami pertumbuhan karena tidak dipengaruhi oleh alelopati.
Pada perlakuan kontrol di hari pertama pengamatan pada kacang hijau (Vigna radiata) memiliki rata-rata 0.90 cm, hari kedua 0.93 cm, hari ketiga  1.51 cm, hari keempat 1.71 cm, hari kelima 2.38 cm, hari keenam 1.0 cm dan hari ketujuh 2.38 cm dari perlakuan kontrol kacang kijau (Vigna radiata) tidak mengalami hambatan pertumbuhan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh allelopati pada rumput alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata) tidak berhasil, karena dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh allelopati tidak menghambat pertumbuhan tanaman lain, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan ekstrak masih terdapat tanah pada akar alang-alang (Imperata cylindrica) yang lolos dari penyaringan, sehingga pada ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) tersebut masih mengandung unsur hara yang membuat biji kacang hijau (Vigna radiata) masih bisa tetap tumbuh. Selain itu ekstrak yang digunakan pada hari ketiga memiliki suhu yang rendah karena ekstrak tersebut telah disimpan di dalam lemari es untuk menjaga keawetan ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica), hal ini berpengaruh pada perkecambahan biji. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan. Suhu optimal yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan biji yaitu pada kisaran suhu antara 26,5°C sd 35°C. Faktor lain yang menyebabkan bertumbuhnya kecambah kacang hijau (Vigna radiata) karena kandungan mineral pada aquadest yang dihomogenkan bersama ekstrak rumput alang-alang (Imperata cylindrica).
6.    Pengamatan terhadap pengaruh allelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) pada pertumbuhan  biji jagung (Zea mays).

Berdasarkan hasil pengamatan  yang dilakukan selama tujuh hari pada pengaruh zat allelopati tanaman alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kecambah biji jagung (Zea mays) yaitu pada tabel kelima dalam perlakuan ekstrak alang-alang dengan kecambah biji jagung, dapat dilihat bahwa pada pengamatan pertama dengan perbandingan 1 : 7 pada cawan petri 1 hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah sudah mengalami pertumbuhan dengan panjang 0,11 hal ini terjadi karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan panjang kecambah 0,07 dikarenakan biji jagung penyerapannya terlalu kuat, pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan panjang kecambah mencapai 0,04 hal ini dikarenakan pada hari kelima tiak dilakukan penyiraman dan zat allelopati telah menghambat perkecambahan, pada hari keenam sampai hari ketujuh kecambah mengalami kematian dikeranakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 2 hari pertama 0 pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,014 karena pada hari ke dua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami pertumbuhan dengan panjang 0,07 karena pada saat penyiraman aquadest tidak tercampur rata dengan ekstrak, pada hari kelima kecambah mengalami penyusutan dikarenakan pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari kelima kecambah mulai menyusut dengan panjang 0,03 hal ini terjadi karena pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan hari ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 3 hari pertama 0 pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,18 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan karena terjadi kekeringan, pada hari kelima kecambah terus menyusut dengan panjang 0,02 hal ini terjadi karena zat allelopati mulai bereaksi, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan.
Pada pengamatan dengan perbandingan ekstrak 1 : 14 pada cawan petri 1 pada hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,10 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan  dengan panjang 0,07 hal ini terjadi karena penyerapan kecambah sangat kuat sehingga kekeringan, pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan dengan panjang 0,04 hal ini terjadi karena zat alllelopati mulai bereaksi, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 2 pada hari pertama0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,09 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penambahan ukuran 0,11 hal ini terjadi karena perbandingan aquadest lebih banyak dari pada ekstrak, pada hari kelima kecambah mengalami penunyusutan dengan panjang 0,04 hal ini terjadi zat allelopati mulai bereaksi dan pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 3 pada hari pertama0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,07 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan panjang 0,05 hal ini disebabkan zat allelopati telah menghambat, begitu pula pada hari kelima kecambah terus menyusut dengan panjang 0,01, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan.
Pada pengamatan dengan perbandingan ekstrak 1 : 21 pada cawan petri 1 pada hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,18 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan panjang 0,10 hal ini terjadi karena zat allelopati mulai menghambat begitupun pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan dengan panjang 0,06 karena pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman dan zat allelopati mulai bereaksi, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawan petri 2 pada hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,12 karena pada hari kedua dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan panjang 0,05 hal ini terjadi karena penyerapan kecambah sangat kuat sehingga terjadi kekeringan, pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan dengan panjang 0,01 hal ini terjadi karena zat allelopati telah menghambat kecambah dan pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan. Pada pengamatan cawac petri 3 pada hari pertama 0, pada hari kedua belum mengalami pertumbuhan yaitu 0 karena pada hari pertama dan kedua kecambah biji jagung mengalami dormansi dan perkecambahan biji jagung lebih lama berkecambah dibandingkan biji kacang hijau, pada hari ketiga kecambah mulai tumbuh dengan panjang 0,09 karena pada hari kedua telah dilakukan penyiraman, pada hari keempat kecambah mengalami penyusutan dengan panjang 0,07 hal ini terjadi karena penyerapan kecambah sangat kuat sehingga terjadi kekeringan, pada hari kelima kecambah terus mengalami penyusutan dengan panjang 0,02 hal ini terjadi karena pada hari keempat tidak dilakukan penyiraman, pada hari keenam dan ketujuh kecambah mengalami kematian hal ini dikarenakan tidak ada perhatian dari hari keenam sampai hari ketujuh, tidak  dilakukan penyiraman pada hari keenam dan zat allelopatinya telah menghambat perkecambahan.Pada pengamatan kontrol hari pertama dan hari kedua kecambah tidak mengalami pertumbuhan karena biji jangung mengalami dormansi biji dan perkecambahan biji jagung lebih lama dari pada kacang hijau. pada hari ketiga 0,17 pada hari keempat 0,09 megalami penyusutan karena penyerapan sangat kuat sehingga kekeringan, pada hari kelima 0,05 mengalami penyusutan karena pada hari keempat tidk dilakukan penyiraman,  pada hari keenam sampai hari ketujuh kecambah mengalami kematian, seharusnya kecambah tumbuh dengan baik karena menggunakan air yang mengandung zat hara dapat meningkatkan  pertumbuhan pada kecambah.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh allelopati terhadap perkecambahan berhasil karena pada perbandingan 1 : 7 ekstrak alang alang menghambat perkecambahan meskipun ada sebagian pada cawan petri yang tumbuh tumbuh dan pada akhirnya mati, 1 : 14 ekstrak alang alang menghambat perkecambahan meskipun  ada sebagian pada cawan petri yang tumbuh dan pada akhirnya mati dan 1 : 21 ekstrak alang alang menghambat kecambah biji jagung meskipun ada sebagian pada cawan petri yang tumbuh dan pada akhirnya mati dan pada kontrol terjadi pertumbuhan yang signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari keenam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh  allelopati terhadap biji kacang hijau (Vigna radiata) dan biji jagung (Zea mays) berhasil karena dari semua tabel yang ada di atas telah terjadi penghambatan pertumbuhan pada tanaman yang diberi ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus) yang dapat menghasilkan senyawa allelokimia yang menjadi senyawa metabolit sekunder di akar, rhizoma,  daun, serbuk sari dan biji. Adapun fungsi dari senyawa allelokimia itu sendiri belum diketahui secara pasti namun beberapa fungsinya sebagai pertahanan dari hewan herbivore dan pathogen tanaman yang lainnya.




BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.     
B.  Saran












KEPUSTAKAAN




Tidak ada komentar:

Posting Komentar