Selasa, 27 September 2016

LAPORAN LUAS MINIMUM DAN JUMLAH KUADRAT MINIMUM



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keanekaragaman hayati khususnya tanaman atau tumbuhan yang berada di selatan wilayah Indonesia, biasanya menjadi salah satu sumber pokok kehidupan para petani sebagai mata pencahariannya. Upaya pemanfaatan tanaman atau tumbuhan bagi masyarakat terlebih dahulu diadakan inventarisasi dengan tujuan mengetahui potensi fungsi, peranan dan manfaat yang ada dari bagian organ dari tanaman. Beberapa tipe lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan keanekaragaman hayati. Belukar merupakan lahan yang diberakan dan mengalami suksesi dengan masuknya jenis-jenis tumbuhan secara alami mulai dari komponen pionir hingga suksesi lanjut. Keanekaragaman jenis anakan pohon di agrofores dapat mendekati keanekaragaman pohon di hutan (Indriyanto,2006).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Simorangkir, 2009).
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada, baik secara ruang maupun waktu. Rawa-rawa, hutan, dan padang rumput dapat dijadikan contoh dari tipe vegetasi. Suatu tipe vegetasi kadangkala dibagi lagi menjadi beberapa komunitas yang predominan atau disebut asosiasi yaitu sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu lingkungan. Komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh para ahli ekologi untuk menjelaskan vegetasi. Sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh suatu komunitas tumbuhan adalah mempunyai komposisi floristic yang tetap, fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dan sebagainya) yang relatif seragam, dan mempunyai penyebaran yang karakteristik dalam lingkungan atau habitat dengan ciri-ciri tertentu (Sastroutomo, 2009).
Pemilihan lokasi plot dilakukan berdasarkan survey pendahuluan serta studi literatur dilengkapi pula dengan studi peta kawasan. Salah satu kriterianya adalah lokasi yang masih memiliki kawasan hutan yang masih utuh. Didapatkan lokasi plot di sebelah utara atau bagian belakang gunung karena areal bagian muka atau selatan gunung telah mengalami kerusakan akibat kebakaran. Plot dibuat dengan berukuran 1 ha dengan sub plot ukuran 20 x 20 m, yang berdasarkan hasil perhitungan kurva areal jenis dan “kalibrasi” dengan luas serupa di lokasi lain yang juga memiliki plot sampel permanen (Sutomo, dkk., 2012)
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitubagaiamana cara mengetahui serta menerapkan analisis vegetasi dari suatu komunitas?

C.    Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui dan memahamiserta menerapkan analisis vegetasi dari suatu komunitas.



















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Tinjauan Teoritis Luas Minimum
Tujuan utama dari ekologi komunitas tumbuhan adalah untuk mengidentifikasi proses yang mendorong variasi spasial dalam komposisi spesies. Meskipun bukti bahwa pola dan proses ekologi dapat sangat tergantung pada skala spasial observasi, studi vegetasi umumnya dilakukan pada skala tunggal, sehingga masih belum jelas bagaimana pengaruh relatif dari faktor lingkungan yang berbeda pada komposisi komunitas bervariasi dengan skala spasial. Ada asumsi yang telah lama berdiri di antara ahli biologi tanaman yang variabel edafis, seperti kimia tanah, tekstur dan kedalaman, kontrol komposisi komunitas di sisik halus, sedangkan variabel iklim seperti suhu dan curah hujan yang paling penting pada skala yang luas (Siefert, 2012).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan :
1.    Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur,
2.    Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang  jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Soerianegara, 2005).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Prikadiastuti, 2014).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan individu dalam  populasi (Arrijani, 2006).
B.       Tinjauan Teoritis Kuadrat Minimum
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat bervariasi keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap vegetasi, cara mengamati komunitas atau vegetasi tersebut dan berapa banyak sampel yang harus di amati sehingga dikatakan representatif bila di dalamnya terdapat semua atau sebaagian besar jenis tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan kekayaan. Komunitas atau vegetasi disebut luas jumlah kuadrat minimum. Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat (Syafei, 2006).
Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan untuk menentukan ukuran luas plot minimal. menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. untuk bentuk plot persegi dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah 25 x 25 cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat terkecil. kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru yang terdapat di dalam kuadrat luasan di catat (Suprianto, 2005).
C.      Tinjauan Ayat dan Hadits yang Relevan
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki banyak manfaat. Tumbuh-tumbuhan dapat memunculkan beberapa zat untuk dimanfaatkan oleh dirinya dan makhluk hidup lainnya, misalnya zat allelopati yang terdapat pada tumbuhan. Allah berfirman dalam QS.An-Nahl 16 : 10-11
هُوَٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗۖ لَّكُم مِّنۡهُ شَرَابٞ وَمِنۡهُ شَجَرٞ فِيهِ تُسِيمُونَ ١٠ يُنۢبِتُ لَكُم بِهِ ٱلزَّرۡعَ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلنَّخِيلَ وَٱلۡأَعۡنَٰبَ وَمِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ١١
Terjemahnya:  Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi  kaum yang memikirkan”.
Berdasarkan ayat diatas Allah kembali menegaskan atas kuasa-Nya yang telah diatur sedemikian sempurna tanpa celah sedikitpun atas penciptaannya salah satunya terhadap tumbuh-tumbuhan, bahwasanya Allah telah menurunkan air hujan dan dari air hujan itulah Allah tumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang sangat berfariasi mulai dari bentuk morfologi, anatomi, fisiologi, serta manfaatnya bagi kehidupan pada suatu wilayah, dan wilayah tersebut memiliki ukuran luas area yang berbeda-beda pula. Selain itu, dua ayat ini menjelaskan nikmat Allah yang paling inti bagi kelangsungan hidup di muka bumi yaitu air hujan. Allah berfirman bahwa Allah-lah yang menurunkan air hujan untuk kalian. Air inilah yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi. Dari air hujan yang membasahi tanah dan masuk ke dalamnya, tumbuh segala macam jenis tanaman dan pohon, yang menghasilkan buah-buahan dan makanan untuk manusia dan binatang. Jika kalian merenungkan nikmat ini, tentu kalian akan menyadari bahwa air adalah kebesaran dan keagungan serta rahmat Allah. Dalam ayat ini Allah menyebutkan beberapa contoh buah-buahan yaitu korma, anggur dan zaitun yang ketiganya oleh para pakar makanan adalah buah yang sangat bermanfaat bagi tubuh melebihi buah-buahan lainnya. Sehingga dari dua ayat tersebut terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik, yaitu:
1. Air hujan adalah sumber kehidupan. Air menumbuhkan tanaman yang menjadi makanan bagi manusia. Sebab makanan manusia terdiri dari dua hal; tumbuh-tumbuhan atau dari daging hewan. Keduanya sangat tergantung pada air yang turun dari langit. Kekeringan akan menyebabkan paceklik dan kekurangan pangan.
2. Manusia harus merenung dan memikirkan alam sehingga ia bisa menyaksikan bahwa dibalik  proses alamiah yang terjadi, ada tangan ghaib Yang Maha berkuasa. Tumbuhnya tanaman dan buah-buahan bukan pekerjaan petani. Semua itu diciptakan untuk  manusia dan karena itu manusia harus beramal untuk kerdihaan Allah.



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah:
Hari/Tanggal               : Senin/ 11 April 2016
Waktu                         : 08.00-12.00 WITA
Tempat                        : Lapangan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata- Gowa
B.       Alat dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah plot ukuran 1m x 1m, meteran, tali rafiah, patok dan  alat tulis.
2.    Bahan
Adapun bahan  yang digunakan pada praktikum ini adalah Lahan atau komunitas dengan vegetasi yang heterogen.





C.      Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Menghitung Luas Minimum
a.    Menyiapkan alat yang akan digunakan serta sebuah lahan sampel yang akan dihitung tingkat vegetasinya
b.    Menancapkan sebuah patok pada lahan sampel sebagai patokan utama.
c.    Membuat bujur sangkar pada lahan sampel tersebut dengan luas 25 cm x 25 cm, kemudian
d.   Mencatat semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.
e.    Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah dicatat, kemudian memperluas kuadrat tadi menjadi dua kali lipat dari semula yaitu menjadi 25 cm x 50 cm. Catat kembali penambahan jenis tumbuhan yang telah diperluas lagi.
f.     Setelah mencatat seluruh jenis tumbuhan pada kuadrat tadi, perluas lagi dengan cara
g.    yang sama yaitu dua kali asalnya yaitu 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, 100 cm x 100 cm dan seterusnya sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru atau minimal sebanyak 10 kali pembesaran plot.
h.    Untuk mendapatkan luas minimum, susunlah suatu grafik dari data yang diperoleh.
2.    Menghitung Jumlah Kuadrat Minimum
a.    Menyiapkan alat yang akan digunakan serta sebuah lahan yang akan dihitung tingkat vegetasinya.
b.    Menyebarkan secara acak satu seri plot (1 seri terdiri dari 3 plot berukuran 1 m x 1 m) dan catat jenis serta jumlah tanaman pada seri plot.
c.    Menyebarkan lagi seri plot tersebut dan catat kembali jenis serta jumlah tanamannya.
d.   Melakukan hal yang sama sampai sepuluh kali pengamatan.
e.    Menyusun seri plot tadi berdasarkan jumlah jenis tanaman dari jumlah sedikit ke jumlah yang banyak, tanpa memperhatikan seri plot mana yang lebih dulu diambil.
f.     Membuat grafik.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pengamatan
1.    Luas Minimum
Nomor Plot
Luas (m2)
Nama Spesies
Jumlah Kumulatif Spesies
1
0,0625 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
4
2
0,125 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
7
3
0,25 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
9
4
0,5 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
jukut pendul (Kyllinga brevifolia)
10
5
1,0 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
jukut pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
11
6
2,0 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
jukut pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
13
7
4,0 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
jukut pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
Capsicum sp
14
8
8,0 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
jukut pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
Capsicum sp
Ceplukan (Physalis angulata)
15
9
16 m2
kentangan (Borreria latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria phaseoloides)
rumput pait (Paspalum konjugatum)
 kaca-kaca (Peperomia pellucida)
 suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena odorata)
 juku pait (Axonopus compressus)
patikan kebo (Euphorbia hirta)
 putri malu (Mimosa pudica)
jukut pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
Capsicum sp
Ceplukan (Physalis angulata)
15
2.    Jumlah Kuadrat Minimum

Pengulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Seri tiga kuadrat ukuran 1 x 1 meter
6
5
4
4
3
5
5
3
4
3
B.       Pembahasan
Adapun pembahasan yang diperoleh dari hasil pengamatan pada praktikum ini adlah sebagai berikut:
1.    Luas Minimum
Berdasarkan hasil data pada tabel hasil pengamatan maka dapat dibuat sebuah tabel grafik luas minimum seperti pada grafik dibawah ini:
lm (0.5, 10)
.
 ()
.
.

m (0.8,1.5)
t1
.

t2
.

y

x


Pada grafik di atas menunjukkan data bahwa pada sumbu x menunjukkan luas area (m2) dan untuk sumbu y menunjukkan jumlah spesies dan untuk luas minimum yang diadapatkan dari titik hasil 10% dari sumbu x = luas area dan 10% dari sumbu y = jumlah spesies maka didapatkan sebuah titik m = (0.8, 1.5). Selanjutnya ditarik sebuah garis t1 dari titik nol ke pusat m, kemudian membuat sebuah garis t2 yang sejajar dengan garis t1 dan menyinggung kurva maka akan bertemu pada titik yang merupakan sebuah titik dari luas minimum. Pada grafik luas minimum tepat berada pada titik 0,5 m2 yang merupakan titik dimana laju penyebaran vegetasi tidak lagi bertambah dan pada titik itu pula dapat mewakili sejumlah vegetasi yang berada satuan dalam luas tersebut. Pada grafik dapat ditentukan luas maksimum yaitu pada luas area 8,0 m2 akan ditemukan sebanyak 15 individu atau vegetasi. Batas masksimum dari penentuan luas minimal berada pada luas 16 m2 hal ini terjadi karena pada perluasan tersebut tidak lagi terjadi penambahan jumlah vegetasi hal tersebut bisa saja terjadi karena pola penyebaran individu atau dalam hal ini adalah vegetasi juga sangat beragam, kembali dalam hal pola penyebaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal seperti topografi, suhu dan iklim, pH tanah, curah hujan, ketersediaan zat hara, intensitas cahaya matahari, interkasi anatar makhluk hidup, persaingan dan sebagainya sehingga menyebabkan sebagian besar dari komunitas atau dalam hal ini adalah vegetasi akan bersaing satu sama lain untuk tumbuh pada kondisi dan adaptasi yang dibutuhkan. Sehingga pada satu cakupan wilayah tertentu  tidak jarang akan ditemukan pola penyebaran yang heterogen namun dominan pada satu sisi individu sejenis, disebabkan karena kemampuan adaptasi dan persaingan yang lebih yang membuatnya dapat hidup lebih baik dibandingkan dengan individu lain. Hal lain yang dapat menyebabkan keseragaman pada satu titika cakupan luas yaitu kurangnya distribusi secara acak pada suatu vegetasi tersebut.
2.    Jumlah Kuadrat Minimum
Berdasarkan hasil data pada tabel hasil pengamatan maka dapat dibuat sebuah tabel grafik jumlah kuadrat minimum seperti pada grafik di bawah ini :
Pada grafik dapat terlihat pola penyebaran individu yang sangat beragam pada setiap lemparan plot secara acak dan diurut berdasarkan jumlah individu yang ditemukan. Pada lemparan ke-V, ke-VIII  dan ke-X hanya ditemukan 3 spesies yang berbeda. Pada lemparan ke-III, ke-IV dan ke- IX ditemukan 4 spesies tumbuhan. Pada lemparan ke-II, ke-VI dan ke-VII terdapat 5 spesies tumbuhan yang berbeda , dan pada lemparan ke-I ditemukan 6 spesies tumbuhan.
Berdasarkan data dari garis kesinambungan di atas maka dapat di simpulkan bahwa untuk mendapatkan semua jenis spesies yang terdapat pada lapangan Fakultas Sains dan Teknologi dibutuhkan 21 plot yang mewakili kuadrat minimum. Hasil dari 21 plot tersebut didapatkan dari data konstan jumlah spesies pada pengulangan ke-VII yang dikali dengan jumlah plot yaitu 7x3 sehingga menghasilkan 21 plot.
Hasil data berdasarkan grafik di atas sangat beragam, hal tersebut bisa saja terjadi karena pola penyebaran individu atau dalam hal ini adalah vegetasi juga sangat beragam, kembali dalam hal pola penyebaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal seperti topografi, suhu dan iklim, pH tanah, curah hujan, ketersediaan zat hara, intensitas cahaya matahari, interkasi anatar makhluk hidup, persaingan dan sebagainya sehingga menyebabkan sebagian besar dari komunitas atau dalam hal ini adalah vegetasi akan bersaing satu sama lain untuk tumbuh pada kondisi dan adaptasi yang dibutuhkan. Sehingga pada satu cakupan wilayah tertentu  tidak jarang akan ditemukan pola penyebaran yang heterogen namun dominan pada satu sisi individu sejenis, disebabkan karena kemampuan adaptasi dan persaingan yang lebih yang membuatnya dapat hidup lebih baik dibandingkan dengan individu lain. Hal lain yang dapat menyebabkan keseragaman pada satu titika cakupan luas yaitu kurangnya distribusi secara acak pada suatu vegetasi tersebut.



BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini adalah pada luas minimum diperoleh data sebesar 2 m2 dan untuk jumlah kuadrat minimum memerlukan sebanyak 21 plot untuk dapat mengidentifikasi semua spesies tumbuhan pada lapangan Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan pola penentuan luas minimum dan jumlah kuadrat minimum dilakukan untuk mengetahui sebarapa banyak pola penyebaran dari suatu vegetasi dengan berbagai teknik sampling yang mewakili suatu jumlah vegetasi dari suatu cakupan wilayah tertentu. Adapun pola penyebaran dari suatu individu beradasarkan hasil pengamatan dapat beragam, hal tersebut dapat terjadi karena bebebrapa faktor penentu yang menunjang pola penyebaran suatu individu atau vegetasi.
B.  Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil praktikum ini yaitu dalam melakuakan analisis vegetasi sebaiknya dilakukan dengan cermat mengingat hasil data yang berupa data kuantitatif maka sangat diperlukan data yang akurat saat berada di lapangan.



DAFTAR PUSTAKA

Arrijani. “Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bandar Lampung: Biodiversitas. Vol (7)(2) hlm. 147-153, 2006.

Indriyanto. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara. 2006.

Prikadiastuti, Idaliani. “Luas Minimal Kuadrat Komunitas Herba” . universitas Negeri Semarang : Semarang, 2014.

Sastroutomo. “Ekologi Gulma”. Jakarta: Erlangga. 2009

Siefert, Andrew. “Scale dependence of vegetation–environment relationships: ameta-analysis ofmultivariate data“. New York : Journal of Vegetation Science. Vol (10) hlm. 1654-1103,2012.

Simorangkir, Roland H., Dkk.”Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat Orangutan Liar (Pongo Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara”.  Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.10-20.

Soerianegara dan Andry Indrawan. “Ekologi Hutan Indonesia”. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2005.

Suprianto. “Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. UPI : Bandung, 2005.

Sutomo dkk. “Studi Awal Komposisi Dan Dinamika Vegetasi Pohon Hutan Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali”. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 366 – 381

Syafei, Eden Surasana. “Pengantar Ekologi Tumbuhan”. Bandung: ITB Press, 2006.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar