BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keanekaragaman hayati
khususnya tanaman atau tumbuhan yang berada di selatan wilayah Indonesia,
biasanya menjadi salah satu sumber pokok kehidupan para petani sebagai mata
pencahariannya. Upaya pemanfaatan tanaman atau tumbuhan bagi masyarakat
terlebih dahulu diadakan inventarisasi dengan tujuan mengetahui potensi fungsi,
peranan dan manfaat yang ada dari bagian organ dari tanaman. Beberapa tipe
lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan keanekaragaman
hayati. Belukar merupakan lahan yang diberakan dan mengalami suksesi dengan
masuknya jenis-jenis tumbuhan secara alami mulai dari komponen pionir hingga
suksesi lanjut. Keanekaragaman jenis anakan pohon di agrofores dapat mendekati
keanekaragaman pohon di hutan (Indriyanto,2006).
Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Simorangkir, 2009).
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah
atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi
penyebaran tumbuhan yang ada, baik secara ruang
maupun waktu. Rawa-rawa, hutan, dan padang rumput
dapat dijadikan contoh dari tipe vegetasi. Suatu tipe vegetasi kadangkala
dibagi lagi menjadi beberapa komunitas yang predominan atau disebut asosiasi
yaitu sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu
lingkungan. Komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh para ahli
ekologi untuk menjelaskan vegetasi. Sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh suatu
komunitas tumbuhan adalah mempunyai komposisi floristic yang tetap, fisiognomi
(struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dan sebagainya) yang relatif seragam,
dan mempunyai penyebaran yang karakteristik dalam lingkungan atau habitat
dengan ciri-ciri tertentu (Sastroutomo, 2009).
Pemilihan lokasi plot dilakukan berdasarkan survey
pendahuluan serta studi literatur dilengkapi pula dengan studi peta kawasan.
Salah satu kriterianya adalah lokasi yang masih memiliki kawasan hutan yang
masih utuh. Didapatkan lokasi plot di sebelah utara atau bagian belakang gunung
karena areal bagian muka atau selatan gunung telah mengalami kerusakan akibat
kebakaran. Plot dibuat dengan berukuran 1 ha dengan sub plot ukuran 20 x 20 m,
yang berdasarkan hasil perhitungan kurva areal jenis dan “kalibrasi” dengan
luas serupa di lokasi lain yang juga memiliki plot sampel permanen (Sutomo,
dkk., 2012)
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari praktikum ini yaitubagaiamana cara mengetahui serta menerapkan analisis vegetasi dari suatu
komunitas?
C.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui
dan memahamiserta menerapkan analisis vegetasi dari suatu komunitas.
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Tinjauan Teoritis Luas Minimum
Tujuan utama
dari ekologi komunitas tumbuhan adalah untuk mengidentifikasi proses yang
mendorong variasi spasial dalam komposisi spesies. Meskipun bukti bahwa pola
dan proses ekologi dapat sangat tergantung pada skala spasial observasi, studi
vegetasi umumnya dilakukan pada skala tunggal, sehingga masih belum jelas
bagaimana pengaruh relatif dari faktor lingkungan yang berbeda pada komposisi
komunitas bervariasi dengan skala spasial. Ada asumsi yang telah lama berdiri
di antara ahli biologi tanaman yang variabel edafis, seperti kimia tanah,
tekstur dan kedalaman, kontrol komposisi komunitas di sisik halus, sedangkan
variabel iklim seperti suhu dan curah hujan yang paling penting pada skala yang
luas (Siefert, 2012).
Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan
yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva
Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan :
1. Luas minimum
suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur,
2. Jumlah
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang
jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Soerianegara,
2005).
Luas minimum
atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas
minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang
sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat (Prikadiastuti,
2014).
Metode luas
minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan
diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk
pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang
dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi
yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis
populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat
penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan individu
dalam populasi (Arrijani, 2006).
B.
Tinjauan Teoritis Kuadrat Minimum
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi
yang sangat bervariasi keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies
populasi yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas
untuk setiap vegetasi, cara mengamati komunitas atau vegetasi tersebut dan
berapa banyak sampel yang harus di amati sehingga dikatakan representatif bila
di dalamnya terdapat semua atau sebaagian besar jenis tumbuhan yang membentuk
komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan kekayaan.
Komunitas atau vegetasi disebut luas jumlah kuadrat minimum. Beberapa
metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode kuadrat (Syafei, 2006).
Ukuran plot
minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan untuk menentukan ukuran
luas plot minimal. menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara
membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. untuk bentuk plot persegi dimulai
dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan
kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah 25 x 25 cm2,
selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat terkecil. kemudian
kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru
yang terdapat di dalam kuadrat luasan di catat (Suprianto, 2005).
C.
Tinjauan Ayat dan Hadits yang
Relevan
Tumbuhan merupakan salah satu
makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki banyak manfaat. Tumbuh-tumbuhan dapat
memunculkan beberapa zat untuk dimanfaatkan oleh dirinya dan makhluk hidup
lainnya, misalnya zat allelopati yang terdapat pada tumbuhan. Allah berfirman
dalam QS.An-Nahl 16 : 10-11
هُوَٱلَّذِيٓ
أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗۖ لَّكُم مِّنۡهُ شَرَابٞ وَمِنۡهُ شَجَرٞ فِيهِ
تُسِيمُونَ ١٠ يُنۢبِتُ لَكُم بِهِ ٱلزَّرۡعَ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلنَّخِيلَ وَٱلۡأَعۡنَٰبَ
وَمِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
١١
Terjemahnya:
“Dia-lah, Yang
telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi
minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air
hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Berdasarkan ayat diatas Allah kembali menegaskan atas
kuasa-Nya yang telah diatur sedemikian sempurna tanpa celah sedikitpun atas
penciptaannya salah satunya terhadap tumbuh-tumbuhan, bahwasanya Allah telah menurunkan air hujan dan dari air hujan itulah
Allah tumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang sangat berfariasi mulai
dari bentuk morfologi, anatomi, fisiologi, serta manfaatnya bagi kehidupan pada suatu wilayah, dan wilayah tersebut memiliki ukuran
luas area yang berbeda-beda pula. Selain itu, dua ayat ini menjelaskan
nikmat Allah yang paling inti bagi kelangsungan hidup di muka bumi yaitu air
hujan. Allah berfirman bahwa Allah-lah yang menurunkan air hujan untuk kalian.
Air inilah yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi. Dari air
hujan yang membasahi tanah dan masuk ke dalamnya, tumbuh segala macam jenis
tanaman dan pohon, yang menghasilkan buah-buahan dan makanan untuk manusia dan
binatang. Jika kalian merenungkan nikmat ini, tentu kalian akan menyadari bahwa
air adalah kebesaran dan keagungan serta rahmat Allah. Dalam ayat ini Allah
menyebutkan beberapa contoh buah-buahan yaitu korma, anggur dan zaitun yang
ketiganya oleh para pakar makanan adalah buah yang sangat bermanfaat bagi tubuh
melebihi buah-buahan lainnya. Sehingga dari dua ayat tersebut terdapat dua
pelajaran yang dapat dipetik, yaitu:
1. Air hujan adalah sumber kehidupan.
Air menumbuhkan tanaman yang menjadi makanan bagi manusia. Sebab makanan manusia
terdiri dari dua hal; tumbuh-tumbuhan atau dari daging hewan. Keduanya sangat
tergantung pada air yang turun dari langit. Kekeringan akan menyebabkan
paceklik dan kekurangan pangan.
2.
Manusia harus merenung dan memikirkan alam sehingga ia bisa menyaksikan bahwa
dibalik proses alamiah yang terjadi, ada tangan ghaib Yang Maha berkuasa.
Tumbuhnya tanaman dan buah-buahan bukan pekerjaan petani. Semua itu diciptakan
untuk manusia dan karena itu manusia harus beramal untuk kerdihaan Allah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan
praktikum ini adalah:
Hari/Tanggal : Senin/ 11 April 2016
Waktu : 08.00-12.00 WITA
Tempat : Lapangan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-
Gowa
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah plot ukuran 1m x 1m, meteran, tali rafiah, patok dan
alat tulis.
2.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Lahan
atau komunitas dengan vegetasi yang heterogen.
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Luas Minimum
a.
Menyiapkan alat yang akan digunakan
serta sebuah lahan sampel yang akan dihitung tingkat vegetasinya
b.
Menancapkan sebuah patok pada lahan
sampel sebagai patokan utama.
c.
Membuat bujur sangkar pada lahan sampel
tersebut dengan luas 25 cm x 25 cm, kemudian
d.
Mencatat semua jenis tumbuhan yang
berada dalam kuadrat tersebut.
e.
Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah
dicatat, kemudian memperluas kuadrat tadi menjadi dua kali lipat dari semula
yaitu menjadi 25 cm x 50 cm. Catat kembali penambahan jenis tumbuhan yang telah
diperluas lagi.
f.
Setelah mencatat seluruh jenis tumbuhan
pada kuadrat tadi, perluas lagi dengan cara
g.
yang sama yaitu dua kali asalnya yaitu
50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, 100 cm x 100 cm dan seterusnya sehingga tidak
terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru atau minimal sebanyak 10 kali
pembesaran plot.
h. Untuk
mendapatkan luas minimum, susunlah
suatu grafik dari data yang diperoleh.
2. Menghitung Jumlah Kuadrat Minimum
a.
Menyiapkan alat yang akan digunakan
serta sebuah lahan yang akan dihitung tingkat vegetasinya.
b.
Menyebarkan secara acak satu seri plot
(1 seri terdiri dari 3 plot berukuran 1 m x 1 m) dan catat jenis serta jumlah
tanaman pada seri plot.
c.
Menyebarkan lagi seri plot tersebut dan
catat kembali jenis serta jumlah tanamannya.
d.
Melakukan hal yang sama sampai sepuluh
kali pengamatan.
e.
Menyusun seri plot tadi berdasarkan
jumlah jenis tanaman dari jumlah sedikit ke jumlah yang banyak, tanpa
memperhatikan seri plot mana yang lebih dulu diambil.
f.
Membuat grafik.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
1. Luas Minimum
Nomor Plot
|
Luas (m2)
|
Nama Spesies
|
Jumlah Kumulatif Spesies
|
1
|
0,0625 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
|
4
|
2
|
0,125 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
|
7
|
3
|
0,25 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
|
9
|
4
|
0,5 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
jukut
pendul (Kyllinga brevifolia)
|
10
|
5
|
1,0 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
jukut
pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
|
11
|
6
|
2,0 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
jukut
pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang
telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
|
13
|
7
|
4,0 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
jukut
pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang
telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
Capsicum sp
|
14
|
8
|
8,0 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
jukut
pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang
telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
Capsicum sp
Ceplukan
(Physalis angulata)
|
15
|
9
|
16 m2
|
kentangan (Borreria
latifolia)
kacang-kacangan (Pueraria
phaseoloides)
rumput pait (Paspalum
konjugatum)
kaca-kaca (Peperomia pellucida)
suweg (Amorphophanulatus companulatus)
krinyuh (Chromolaena
odorata)
juku pait (Axonopus compressus)
patikan
kebo (Euphorbia hirta)
putri malu (Mimosa pudica)
jukut
pendul (Kyllinga brevifolia)
Oxalis ccorniculata
kembang
telekan (Lantana camara)
Oxalis barrelieri
Capsicum sp
Ceplukan (Physalis
angulata)
|
15
|
2. Jumlah Kuadrat Minimum
Pengulangan
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Seri tiga
kuadrat ukuran 1 x 1 meter
|
6
|
5
|
4
|
4
|
3
|
5
|
5
|
3
|
4
|
3
|
B.
Pembahasan
Adapun
pembahasan yang diperoleh dari hasil pengamatan pada praktikum ini adlah
sebagai berikut:
1. Luas Minimum
Berdasarkan hasil data pada tabel hasil
pengamatan maka dapat dibuat sebuah tabel grafik luas minimum seperti pada
grafik dibawah ini:
lm (0.5, 10)
.
()
|
.
.
|
m (0.8,1.5)
|
t1
.
|
t2
.
|
y
|
x
|
Pada grafik di atas menunjukkan data bahwa pada sumbu x menunjukkan luas area
(m2) dan untuk sumbu y menunjukkan jumlah spesies dan untuk luas minimum
yang diadapatkan dari titik
hasil 10% dari sumbu x = luas area
dan 10% dari sumbu y = jumlah spesies maka
didapatkan sebuah titik m = (0.8, 1.5). Selanjutnya
ditarik sebuah garis t1 dari titik nol ke pusat m, kemudian membuat sebuah
garis t2 yang sejajar dengan garis t1 dan menyinggung
kurva maka akan bertemu pada titik yang merupakan sebuah titik dari luas
minimum. Pada grafik luas minimum tepat berada pada titik 0,5 m2 yang
merupakan titik dimana laju penyebaran vegetasi tidak lagi bertambah dan pada
titik itu pula dapat mewakili sejumlah vegetasi yang berada satuan dalam luas
tersebut. Pada grafik dapat
ditentukan luas maksimum yaitu pada
luas area 8,0 m2
akan ditemukan sebanyak 15 individu atau vegetasi. Batas masksimum dari penentuan luas minimal berada pada
luas 16 m2 hal ini terjadi karena pada perluasan tersebut tidak lagi
terjadi penambahan jumlah vegetasi hal tersebut bisa saja terjadi karena pola penyebaran
individu atau dalam hal ini adalah vegetasi juga sangat beragam, kembali dalam
hal pola penyebaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor baik internal maupun
eksternal seperti topografi, suhu dan iklim, pH tanah, curah hujan,
ketersediaan zat hara, intensitas cahaya matahari, interkasi anatar makhluk
hidup, persaingan dan sebagainya sehingga menyebabkan sebagian besar dari
komunitas atau dalam hal ini adalah vegetasi akan bersaing satu sama lain untuk
tumbuh pada kondisi dan adaptasi yang dibutuhkan. Sehingga pada satu cakupan
wilayah tertentu tidak jarang akan
ditemukan pola penyebaran yang heterogen namun dominan pada satu sisi individu
sejenis, disebabkan karena kemampuan adaptasi dan persaingan yang lebih yang
membuatnya dapat hidup lebih baik dibandingkan dengan individu lain. Hal lain
yang dapat menyebabkan keseragaman pada satu titika cakupan luas yaitu
kurangnya distribusi secara acak pada suatu vegetasi tersebut.
2. Jumlah Kuadrat Minimum
Berdasarkan hasil data pada tabel hasil
pengamatan maka dapat dibuat sebuah tabel grafik jumlah kuadrat minimum seperti pada grafik di
bawah ini :
Pada grafik dapat terlihat pola penyebaran
individu yang sangat beragam pada setiap lemparan plot secara acak dan diurut
berdasarkan jumlah individu yang ditemukan. Pada lemparan ke-V, ke-VIII dan ke-X hanya ditemukan 3 spesies yang berbeda. Pada lemparan ke-III, ke-IV dan ke- IX ditemukan 4 spesies tumbuhan. Pada lemparan ke-II, ke-VI dan ke-VII terdapat 5 spesies tumbuhan yang berbeda , dan pada
lemparan ke-I
ditemukan 6 spesies tumbuhan.
Berdasarkan data dari garis kesinambungan di atas maka dapat
di simpulkan bahwa untuk mendapatkan semua jenis spesies yang terdapat pada
lapangan Fakultas Sains dan Teknologi dibutuhkan 21 plot yang mewakili kuadrat minimum. Hasil dari
21 plot tersebut didapatkan dari data konstan jumlah spesies pada pengulangan
ke-VII yang dikali dengan jumlah plot yaitu 7x3 sehingga menghasilkan 21 plot.
Hasil data berdasarkan grafik di atas
sangat beragam, hal tersebut bisa saja terjadi karena
pola penyebaran individu atau dalam hal ini adalah vegetasi juga sangat
beragam, kembali dalam hal pola penyebaran dapat ditentukan oleh beberapa
faktor baik internal maupun eksternal seperti topografi, suhu dan iklim, pH
tanah, curah hujan, ketersediaan zat hara, intensitas cahaya matahari,
interkasi anatar makhluk hidup, persaingan dan sebagainya sehingga menyebabkan
sebagian besar dari komunitas atau dalam hal ini adalah vegetasi akan bersaing
satu sama lain untuk tumbuh pada kondisi dan adaptasi yang dibutuhkan. Sehingga
pada satu cakupan wilayah tertentu tidak
jarang akan ditemukan pola penyebaran yang heterogen namun dominan pada satu
sisi individu sejenis, disebabkan karena kemampuan adaptasi dan persaingan yang
lebih yang membuatnya dapat hidup lebih baik dibandingkan dengan individu lain.
Hal lain yang dapat menyebabkan keseragaman pada satu titika cakupan luas yaitu
kurangnya distribusi secara acak pada suatu vegetasi tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil praktikum ini adalah
pada luas minimum diperoleh data sebesar 2 m2 dan untuk jumlah
kuadrat minimum memerlukan sebanyak 21 plot untuk dapat mengidentifikasi semua
spesies tumbuhan pada lapangan Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan pola penentuan
luas minimum dan jumlah kuadrat minimum dilakukan untuk mengetahui sebarapa
banyak pola penyebaran dari suatu vegetasi dengan berbagai teknik sampling yang
mewakili suatu jumlah vegetasi dari suatu cakupan wilayah tertentu. Adapun pola
penyebaran dari suatu individu beradasarkan hasil pengamatan dapat beragam, hal
tersebut dapat terjadi karena bebebrapa faktor penentu yang menunjang pola
penyebaran suatu individu atau vegetasi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan
berdasarkan hasil praktikum ini yaitu dalam melakuakan analisis vegetasi
sebaiknya dilakukan dengan cermat mengingat hasil data yang berupa data
kuantitatif maka sangat diperlukan data yang akurat saat berada di lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arrijani. “Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”.
Bandar Lampung: Biodiversitas. Vol (7)(2) hlm. 147-153, 2006.
Indriyanto. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
2006.
Prikadiastuti, Idaliani. “Luas Minimal Kuadrat Komunitas Herba” . universitas Negeri Semarang
: Semarang, 2014.
Sastroutomo. “Ekologi
Gulma”. Jakarta: Erlangga. 2009
Siefert, Andrew. “Scale
dependence of vegetation–environment relationships: ameta-analysis
ofmultivariate data“. New York : Journal of Vegetation Science. Vol (10)
hlm. 1654-1103,2012.
Simorangkir,
Roland H., Dkk.”Struktur Dan Komposisi
Pohon Di Habitat Orangutan Liar (Pongo Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru,
Sumatera Utara”. Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember
2009, p.10-20.
Soerianegara dan Andry Indrawan. “Ekologi Hutan Indonesia”. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, 2005.
Suprianto. “Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan”. UPI : Bandung, 2005.
Sutomo dkk. “Studi Awal Komposisi Dan Dinamika Vegetasi
Pohon Hutan Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali”. Jurnal Bumi Lestari,
Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 366 – 381
Syafei, Eden Surasana. “Pengantar
Ekologi Tumbuhan”. Bandung: ITB Press, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar